Saat itu Lucius Junius Brutus memimpin pengusiran Tarquinius yang kejam dari Roma. Pengusiran itu mengakhiri kekuasaan monarki dan menjadi awal terbentuknya Republik Romawi;
Ayah Brutus dan Lucretia, Collatinus, terpilih sebagai pasangan konsul pertama. Oleh karena itu, para pembalas rudapaksa Lucretia adalah pembela kebebasan yang membebaskan Roma dari tirani.
Tidak ada sumber kontemporer tentang pemerkosaan Lucretia dan Tarquinius terhadap dirinya. Informasi mengenai kisah pilu Lucretia berasal dari catatan sejarawan Romawi Livy dan sejarawan Yunani-Romawi Dionysius sekitar 500 tahun kemudian.
Sumber-sumber sekunder tentang berdirinya republik mengulangi peristiwa-peristiwa dasar dalam kisah Lucretia, meskipun catatannya sedikit berbeda antar sejarawan.
Bukti tersebut menunjukkan adanya sejarah keberadaan seorang wanita bernama Lucretia dan peristiwa yang berperan penting dalam jatuhnya monarki. Namun, detail spesifiknya masih bisa diperdebatkan dan bervariasi tergantung penulisnya.
Menurut sumber modern, narasi Lucretia dianggap sebagai bagian dari mitos sejarah Romawi. Kisah Lucretia memberikan penjelasan atas perubahan sejarah di Romawi melalui penceritaan pelecehan seksual terhadap perempuan yang dilakukan oleh laki-laki.
Meskipun sumber kontemporer yang menyatakan Lucretia sebagai tokoh sejarah tidak ada, para sejarawan kemudian sepakat bahwa sebenarnya ada wanita seperti itu. Kisahnya menjadi inti dari salah satu legenda fondasi Romawi yang lebih kuat dan bertahan lama.