Mengungkap Kisah-Kisah Mistis dalam Sejarah Kekaisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 2 Maret 2024 | 13:00 WIB
Dua malaikat dan seorang pria dalam literatur aja'ib al-makhluqat. (Museum Seni Walters)

Nationalgeographic.co.id - Di balik sejarah Kekaisaran Ottoman yang panjang dan kaya, terdapat kisah-kisah mistis yang jarang diketahui oleh khalayak umum.

Di dunia akademis, ilmu gaib Ottoman telah diteliti secara sporadis sejak tahun 1990-an. Namun, perhatian yang lebih besar terhadap ilmu gaib dan supranatural Ottoman baru diberikan pada tahun 2010-an.

Lantas, seperti apa kisah-kisah mistis yang beredar di Kekaisaran Ottoman? Dan apakah sebagian besar masyarakat kala itu mempercayainya?

Literatur Aja'ib Kekaisaran Ottoman

Menurut Rama Narendra, dilansir dari laman HistoryHub, salah satu sumber supranatural Ottoman yang paling utama adalah “aja'ib”. 

“Literatur aja’ib adalah sebuah genre sastra Islam yang berakar pada abad ke-9, meskipun baru berkembang pesat pada abad ke-13 dan ke-14 dengan kemunculan penulis sohor al-Qazwini (1203-1283) dan al-Dimashqi (wafat 1327),” kata Narendra.

Literatur ini terdiri dari cerita-cerita kecil atau anekdot tentang keajaiban dunia, seperti kisah-kisah jin, raksasa, putri duyung, bukit yang bisa bergerak, dan cermin ajaib. Literatur ini juga membahas keajaiban 'alamiah' seperti kembar siam dan hermafrodit.

Dibandingkan dengan era sebelumnya, penulis Ottoman hanya menghasilkan karya sastra aja'ib yang relatif sedikit. 

Beberapa literatur aja'ib Kekaisaran Ottoman kebanyakan berasal dari abad ke-15 hingga ke-16. Penulis seperti Yazıcıoglu Ahmed Bican, Asik Mehmed, atau Cinani, menciptakan karya-karyanya dengan berbagai kisah orisinil dari Balkan dan bagian lain Kekaisaran.

Sastra Aja'ib mulai ditinggalkan pada abad ke-18, dengan sebagian besar karya sastra yang diterbitkan adalah reproduksi dari karya-karya yang lebih tua. Tidak diketahui pasti mengapa hal ini terjadi.

Namun, Narendra menduga, “salah satu alasannya adalah pendekatan ‘rasionalis’ yang semakin meningkat dari kaum intelektual Ottoman yang dipengaruhi oleh pemikiran Pencerahan membuat sedikit ruang untuk keajaiban yang luar biasa, meskipun mereka tidak sepenuhnya menyangkal keberadaannya.”

Kendati demikian, tidak berarti literatur aja’ib hilang dari kekaisaran Ottoman. Karya-karya tersebut masih beredar luas dan secara teratur dipesan oleh para pangeran dan pejabat tinggi. Hanya saja jumlah karya aja'ib yang diterbitkan merosot.