Legenda Kematian Tragis Ki Ageng Mangir di Tangan Mertuanya Sendiri

By Galih Pranata, Jumat, 1 Maret 2024 | 14:00 WIB
Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan bagaimana Nyi Roro Kidul kagum dengan kehebatan Panembahan Senapati pendiri Mataram Islam. Meski dalam legenda hidupnya, ia pernah membunuh Ki Ageng Mangir secara tragis yang merupakan menantunya sendiri. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Mangir merupakan nama dari sebuah dusun yang berada di Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Dusun ini terbilang bersejarah, karena latar belakang legenda yang mengakar kuat di masyarakatnya.

Secara historis, berangsur-angsur, Mangir dipimpin oleh Dinasti Wonoboyo. Di mana, pada saat Panembahan Senapati, penguasa Mataram berkuasa, Mangir dipimpin oleh Wonoboyo III, yang melanjutkan tahta dari Wonoboyo I dan Wonoboyo II.

Dalam legenda ini, Wonoboyo III juga lekat dengan julukan Ki Ageng Mangir atau lengkapnya Ki Ageng Mangir Wonoboyo III.

Wonoboyo III mengemban mandat dari para leluhurnya dengan menganggap "Mangir sebagai perdikan dari Kerajaan Majapahit," tulis Sudartomo Macaryus dalam prosidingnya berjudul Legenda Wonoboyo: Persepsi Masyarakat Perdikan Mangir, terbitan tahun 2017.

Akibat status perdikan itu, Wonoboyo III dan masyarakatnya merasa bahwa mereka tidak memiliki kewajiban untuk pasok glondhong pengareng-areng, atau menyerahkan hasil panen sebagai pajak kepada Majapahit.

Setelah Majapahit runtuh, Perdikan Mangir menjadi incaran Kerajaan Mataram. Namun, sejarah mencatat bahwa Wonoboyo III tidak mau tunduk kepada Mataram. Oleh Wonoboyo III, Mangir dipertahankan sebagai daerah perdikan yang bebas dari intervensi kuasa.

Gambar tangga Imogiri yang diambil di samping masjid pemakaman (sebelah kiri) pada saat wafatnya Pakubuwana X tahun 1940-an. (TROPENMUSEUM COLLECTION)

Beberapa kali Panembahan Senapati mengirimkan delegasi untuk berunding dan bernegosiasi. Tujuannya untuk membawa Mangir ke dalam bagian dari vassal Mataram. Namun, beberapa kali pula tawaran itu ditolak Wonoboyo III.

Bukan tanpa alasan penolakan itu. Bagi masyarakat Mangir, wilayah mereka sangat subur dan berpotensi menjadi lumbung padi dari Kerajaan Mataram. Dengan keberaniannya, Wonoboyo III tidak mau memenuhi harapan Kerajaan Mataram.

Penolakan demi penolakan inilah yang pada akhirnya menimbulkan gejolak di antara Mangir dengan Mataram. Panembahan Senapati mulai menyusun rencana yang tak terduga demi membawa Mangir ke dalam integrasi kuasa Mataram.

Menyadari tentang kesulitan untuk menaklukkan Mangir lewat sebuah peperangan, Panembahan Senapati juga menghindarkan adanya konflik berdarah yang akan merugikan kedua belah pihak.

Maka dari itu, siasat yang dilakukan adalah menyusun rencana agar putri dari Panembahan Senapati bernama Pembayun, untuk menyamar menjadi penari jalanan. Tujuannya untuk menarik Wonoboyo III yang keras kepala.