Terungkapnya Kehidupan Akhirat Sejarah Mesir Kuno, Seperti Apa?

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 12 Maret 2024 | 10:00 WIB
A'Aru (Lapangan Alang-alang) adalah akhirat, sebutan untuk surga di sejarah Mesir kuno. (Public domain)

Di Aula Kebenaran dilakukan penimbangan hati pada Timbangan Keadilan, dan kehidupan abadi di Lapangan Alang-alang.

Teks yang dikenal sebagai Kitab Sapi Surgawi yang berasal dari Periode Menengah Pertama (2181-2040 SM), merujuk pada Ra (Atum) yang menciptakan Ladang Alang-alang setelah memutuskan ia tidak akan menghancurkan ciptaan manusianya.

Agama di Mesir bersifat dinamis, berubah secara bertahap selama periode waktu yang berbeda, dan kadang-kadang semua gambaran tentang akhirat ini digabungkan, namun di saat lain, ada satu yang mendominasi.

Namun, di setiap zaman, keyakinan kuat akan kehidupan setelah kematian merupakan inti dari kebudayaan Mesir, salah satu yang paling bertahan lama adalah visi A'Aru.

Agama dan Akhirat dalam Sejarah Mesir Kuno

Agama sepenuhnya terintegrasi ke dalam kehidupan orang Mesir kuno. Para dewa bukanlah entitas yang jauh tetapi tinggal dekat di kuil-kuil mereka, di pepohonan, sungai, sungai kecil, dan bumi itu sendiri.

Para dewa telah menciptakan keteraturan dari kekacauan di awal mula dunia yang gelap dan menjadikan Mesir negeri yang paling sempurna dan menyenangkan bagi manusia untuk ditinggali.

Kehidupan di Mesir kuno dianggap sebagai kehidupan terbaik yang dapat dialami seseorang di muka bumi – selama seseorang masih hidup, sesuai dengan kehendak para dewa. 

Karena para dewa telah memberikan semua pemberian baik kepada orang Mesir, masyarakat diharapkan untuk bersyukur dan menunjukkan rasa terima kasih. Tidak hanya melalui ibadah dan pengorbanan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Rasa syukur meringankan hati dan membuat seseorang merasa puas dengan apa yang dimilikinya, bukannya merasa iri terhadap barang atau kehidupan orang lain.

Nilai budaya sentral masyarakat Mesir adalah ma'at (harmoni, keseimbangan), yang dipersonifikasikan dalam sosok dewi keadilan dan keharmonisan.

Ma'at, digambarkan sebagai seorang wanita dengan bulu burung unta putih (bulu kebenaran) di atas kepalanya.