Terungkapnya Kehidupan Akhirat Sejarah Mesir Kuno, Seperti Apa?

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 12 Maret 2024 | 10:00 WIB
A'Aru (Lapangan Alang-alang) adalah akhirat, sebutan untuk surga di sejarah Mesir kuno. (Public domain)

Jika seseorang hidup dengan rasa syukur, ia akan seimbang dalam segala hal dan keberadaan individu yang harmonis ini akan mendorong hal yang sama pada keluarga, komunitas terdekat, dan akhirnya tanah secara luas.

Tidak ada pelayanan seperti yang dialami seseorang dalam praktik keagamaan modern karena kehidupan sehari-hari seharusnya menjadi tindakan refleksi diri, rasa syukur, pertobatan atas perbuatan salah, dan tekad untuk hidup sesuai dengan ma'at.

"Keyakinan agama tidak dikodifikasikan dalam doktrin, prinsip, atau teologi. Kebanyakan orang Mesir tidak ingin mendalami aspek mistik atau esoteris dari teologi," ujar Egyptologist, Margaret Bunson dikutip History.

Perayaannya saja sudah cukup, karena memberikan rasa spiritual yang mendalam dan menggugah respon emosional para pengagumnya.

Nyanyian pujian kepada para dewa, prosesi dan perayaan kultus, terus menerus memasukkan idealisme spiritual ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Raja Mesir yang dikenal sebagai 'firaun' dimulai pada masa Kerajaan Baru. Mereka dianggap ditunjuk secara ilahi oleh para dewa untuk memerintah negeri tersebut dan menjadikan ma'at sebagai panutan.

Raja diakui sebagai perantara antara para dewa dan rakyat pada masa Kerajaan Lama dalam sejarah Mesir kuno.