Nationalgeographic.co.id—Konsul adalah jabatan politik tertinggi dalam Republik Romawi. Lalu bagaimana mereka bisa terpilih dalam sejarah Romawi kuno?
Meskipun dalam sejarah Romawi kuno paling terkenal karena para kaisarnya, sebagian besar masa klasiknya di masa lalu, Roma tidak berfungsi sebagai sebuah Kerajaan, melainkan sebagai sebuah Republik.
Ketika pengaruh Roma menyebar ke seluruh Mediterania, jaringan provinsi yang luas diperintah oleh sejumlah birokrat dan pejabat. Memegang jabatan publik adalah simbol status dan otoritas.
Di puncak hierarki ini terdapat kantor konsul – tokoh paling berpengaruh dan berkuasa di Republik Romawi.
Dari tahun 509 hingga 27 SM, ketika Augustus menjadi Kaisar Romawi sejati pertama, para konsul memerintah Roma melalui beberapa tahun paling pembentukannya.
Konsul dipilih oleh badan warga negara dan selalu memerintah secara berpasangan, dengan masing-masing konsul memegang hak veto atas keputusan yang lain.
Kedua orang tersebut akan memiliki wewenang eksekutif penuh atas jalannya Roma dan provinsi-provinsinya, dan menjabat selama satu tahun penuh sebelum keduanya digantikan.
Di masa damai, seorang konsul akan bertindak sebagai hakim tertinggi, arbiter, dan pembuat hukum dalam masyarakat Romawi.
Mereka mempunyai kewenangan untuk membentuk Senat Romawi – badan utama pemerintahan – dan menjabat sebagai diplomat tertinggi republik, sering kali bertemu dengan duta besar dan utusan asing.
Selama masa perang, konsul juga memimpin militer Roma di lapangan. Oleh karena itu, kedua konsul tersebut sering kali merupakan jenderal paling senior di Roma dan sering kali berada di garis depan konflik.
Jika seorang konsul meninggal saat menjabat, hal ini biasa terjadi mengingat komitmen militernya, penggantinya akan dipilih untuk memperpanjang masa jabatan almarhum. Tahun juga dikenal dengan nama dua konsul yang pernah bertugas pada periode tersebut.
Jabatan Konsul Romawi Terbatas