Centauromachy, Pertempuran Epik Centaur dan Manusia di Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Minggu, 3 Maret 2024 | 10:00 WIB
Centauromachy, Pertempuran Epik Centaur dan Manusia di Mitologi Yunani (Amaury Laporte. CC BY 2.0/flickr)

Nationalgeographic.co.id—Centauromachy adalah pertempuran epik antara ras Centaur dan manusia kuno suku Aeolian Yunani yang disebut Laptih. Pertempuran ini melegenda di antara orang-orang Yunani kuno.

Seperti diketahui, ras Centaur adalah ras makhluk setengah kuda, setengah manusia dalam mitologi Yunani.

Suku Lapith dan centaur di Yunani kuno konon berkerabat karena klan tersebut konon merupakan satu keturunan.

Mereka memperoleh nama dari dua bersaudara dalam mitos: Lapithes dan Centaurus.

Centaurus, menurut mitologi Yunani kuno, adalah makhluk pertama yang mengelompokkan bintang-bintang menjadi konstelasi. Dia mengajari orang lain cara membacanya.

Konon dia merumuskan gambaran dirinya menggunakan bintang-bintang, konstelasi Centaurus, untuk membantu membimbing teman pelautnya, para Argonaut.

Konstelasi adalah susunan atau pola bintang-bintang yang tampak membentuk suatu gambar atau bentuk tertentu ketika dilihat dari Bumi.

Meskipun bintang-bintang dalam konstelasi sebenarnya mungkin berada pada jarak yang sangat berbeda satu sama lain dalam ruang tiga dimensi, penampakan dari Bumi menyebabkan mereka tampak membentuk pola tertentu di langit malam.

Konstelasi digunakan sebagai alat bantu identifikasi dan orientasi di langit. Beberapa konstelasi memiliki nama-nama yang diasosiasikan dengan tokoh-tokoh mitologi Yunani, cerita rakyat, atau objek-objek tertentu.

Organisasi Internasional Astronomi mengenali dan menetapkan batas-batas resmi untuk berbagai konstelasi di langit, yang membantu para astronom dan pengamat langit.

Contoh konstelasi termasuk Centaurus, Orion, Ursa Major, dan Scorpius.

Centaurus dan saudaranya Lapithes diduga adalah putra dewa Apollo dan bidadari Stilbe, putri dewa sungai Peneus.

Dikatakan bahwa Lapithes adalah seorang pejuang pemberani, sedangkan Centaurus adalah manusia cacat yang kemudian mengawini kuda betina.

Hasilnya, lahirlah ras centaur, setengah manusia setengah kuda. Sedangkan Lapith, sebaliknya, memiliki bentuk manusia.

Silsilah Lapith mencakup para pejuang dan raja seperti Ixion, Pirithous, Caeneus, dan Coronus, serta peramal Ampycus dan putranya Mopsus.

Centauromachy melegenda di antara orang-orang Yunani kuno. (jean louis mazieres. CC BY-2.0/flickr)

Bagaimana Pertempuran Centauromachy dimulai?

Centauromachy digambarkan dalam banyak karya seni selama ribuan tahun. Peristiwa itu dipicu pesta pernikahan Raja Lapith Pirithous.

Ia mengundang para centaur ke upacara di mana dia akan menikahi pengantinnya, Hippodamia.

Para penunggang kuda, yang tidak terbiasa dengan anggur, gagal menahan sifat liar mereka. Ketika Hippodamia muncul, centaur Eurytion berusaha menculiknya, segera diikuti oleh centaur lain yang berusaha melakukan hal yang sama terhadap tamu wanita.

Pernikahan tersebut dengan cepat berubah menjadi kekacauan, ketika suku Lapith maraht untuk membela para wanita dan menundukkan para centaur yang nakal.

Yang terjadi adalah pertempuran berdarah antara manusia dan ras centaur, sehingga memunculkan analogi antara peradaban dan masyarakat Yunani yang beradab.

Pertempuran itu menjadi simbol perang melawan ketidaksopanan masyarakat yang barbar dan tidak beradab – tatanan yang halus melawan kekacauan yang merajalela.

Selama pertempuran, Theseus datang membantu Lapith, membantu memotong telinga dan hidung Eurytion dan mengusirnya dari acara tersebut. Setelah bentrokan besar berakhir, para centaur diusir dari Thessaly ke barat laut.

Beberapa sejarawan berpendapat, pertempuran mistis tersebut mewakili pertemuan pertama antara orang Minoa yang tidak menunggang kuda dan penunggang kuda nomaden di stepa.

Dengan demikian, mitos tersebut mungkin merupakan metafora untuk konflik pertama antara peradaban penunggang kuda dan masyarakat Yunani kuno, yang tidak mengenal penunggang kuda.

Karya seni yang terinspirasi oleh pertempuran Centauromachy menjadi lebih menonjol, itu setelah mitos Yunani mengalami penyaringan melalui lensa filsafat Yunani kuno.

Pertempuran antara suku Lapith dan Centaur kemudian dianggap sebagai perwujudan kiasan dalam perjuangan internal antara perilaku beradab dan liar.

Analogi ini diperkuat oleh fakta bahwa suku Lapith memahami cara mengonsumsi wine yang benar, yaitu harus diencerkan dengan air dan tidak diminum berlebihan, seperti yang dilakukan para centaur.

Para pematung Yunani kuno yang bekerja di bawah Pheidias menganggap kisah pertempuran tersebut sebagai simbol konflik besar.

Konflik besar antara orang-orang Yunani yang beradab dan orang-orang barbar.

Jadi, pertempuran antara Lapith dan centaur digambarkan dalam pahatan metope Parthenon, serta di Kuil Zeus di Olympia. Pertempuran ini juga menjadi subyek banyak vas.

Penyair Perancis José Maria de Heredia menyertakan sebuah soneta tentang pertempuran dalam karyanya yang berjudul Les Trophées.

Selain itu, selama periode Renaisans, konflik mistis mitologi Yunani ini menjadi tema populer di kalangan seniman, termasuk Michelangelo.

Pada abad ke-19, ia menciptakan relief marmer mengenai subjek tersebut di Florence, sekitar tahun 1492.

Pada dekade berikutnya, Piero di Cosimo melukis Pertempuran Centaurus dan Lapith, yang sekarang disimpan di Galeri Nasional di London.

Kemudian dekorasi dengan Centauromachy juga dilukis oleh Luca Signorelli dalam bukunya Virgin Enthrones with Saints.

Karya itu terinspirasi oleh sarkofagus Romawi yang ditemukan di Cortona di Tuscany pada awal abad kelima belas.