Kisah Mata-Mata Wanita yang Berjaya dalam Sejarah Perang Dunia II

By Sysilia Tanhati, Rabu, 6 Maret 2024 | 15:00 WIB
Dalam sejarah Perang Dunia II, sekelompok perempuan pemberani bekerja sebagai mata-mata dan agen intelijen di seluruh dunia. Mereka rela mempertaruhkan nyawa untuk mencari informasi rahasia yang memengaruhi hasil perang. (U.S. Air Force)

Nationalgeographic.co.id—Kemenangan dalam sejarah Perang Dunia II tidak hanya diraih oleh laki-laki. Sekelompok perempuan pemberani bekerja sebagai mata-mata dan agen intelijen di seluruh dunia.

Mereka rela mempertaruhkan nyawa untuk mencari informasi rahasia yang memengaruhi hasil perang. Para wanita ini melakukan pekerjaan yang berbahaya dan terdapat ancaman dalam kehidupan nyata.

“Termasuk penyiksaan, penahanan di kamp konsentrasi, dan bahkan kematian,” tulis Neil Kagan and Stephen Hyslop di laman National Geographic.

Meski begitu, mereka bertahan dan percaya bahwa kemenangan Sekutu adalah satu-satunya pilihan. Berikut adalah beberapa mata-mata paling terkenal dalam sejarah Perang Dunia II yang memberikan segalanya demi kemenangan.

Agnes Meyer Driscoll

Dalam sejarah kriptologi, tidak banyak yang menyebutkan salah satu cryptanalyst terhebat di dunia. Agnes Meyer Driscoll mendaftar di Angkatan Laut AS pada tahun 1918 selama Perang Dunia I sebagai chief yeoman. Pangkat tersebut merupakan pangkat tertinggi bagi seorang wanita pada masa itu.

Agnes Meyer Driscoll (Public domain)

Dia terus bekerja dengan Angkatan Laut AS setelah perang, membantu mengembangkan kode, sandi, dan sinyal operasi. Ketika Perang Dunia II semakin dekat, Driscoll memecahkan kode JN-25 tingkat tinggi. Kode tersebut digunakan oleh komunike angkatan laut Jepang yang paling rahasia.

Dikenal sebagai "Miss Aggie" dan "Madame X, " dia tetap menjadi cryptanalyst terkemuka untuk Angkatan Laut AS hingga tahun 1949. Ia kemudian bergabung dengan beberapa badan kriptologi nasional sebelum pensiun pada tahun 1959.

Noor Inayat Khan

Noor Inayat Khan adalah seorang musisi ulung dan penulis cerita anak-anak yang dibesarkan di Inggris dan Prancis. Dia melarikan diri dari invasi Jerman ke Perancis pada tahun 1940 dan menetap bersama ibunya. Di sana dia dilatih sebagai operator radio nirkabel.

Keahlian teknis dan kefasihan berbahasa Prancisnya menarik perhatian Vera Atkins. Saat itu Atkins mengawasi agen wanita untuk Bagian F—Eksekutif Operasi Khusus (SOE) Inggris bagian Prancis. Dibentuk oleh Perdana Menteri Winston Churchill, para agen bertugas untuk menyusup ke wilayah pendudukan Jerman dan “menetapkan Eropa terbakar”.