Upaya Pemusnahan Jejak Firaun Hatshepsut dalam Sejarah Dunia Kuno

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 9 Maret 2024 | 13:00 WIB
Pada tahun 1955, fotografer National Geographic, David Boyer, mengabadikan gambar kuil Hatshepsut yang indah ini saat matahari terbit, lebih dari 3.000 tahun setelah pembangunannya. (David Boyer/National Geographic)

Nationalgeographic.co.id—Hatshepsut merupakan salah satu dari secuil wanita yang mampu mempertahankan kekuasaan begitu lama dalam sejarah Mesir Kuno. Dia memerintah Mesir selama 21 tahun, di masa keemasan.

Hatshepsut telah membangun berbagai karya monumental di seluruh negeri, mulai dari kuil hingga karya seni yang tak terhitung jumlahnya. Hal ini dimaksudkan untuk merayakan pencapaiannya dan mengabadikan doa-doanya.

Namun, menurut David Rull Ribo, seorang Doktor Egyptology dan jurnalis, banyak dari karya-karya Hatshepsut dirusak dan dihancurkan setelah kematiannya pada tahun 1458 SM.

“Penerus Hatshepsut, Thutmose III, salah satu firaun terbesar di Mesir, memimpin upaya untuk menghapus namanya dari sejarah,” ungkap David. “Sosoknya dihilangkan dari monumen-monumen, dan patung-patung serta karyanya dihancurkan.”

Namun demikian, setelah rekonstruksi besar-besaran pada abad ke-20, kuil besar Hatshepsut di Deir el Bahri (bahasa Arab yang berarti "biara utara") masih berdiri sampai sekarang.

Bersembunyi di bawah bebatuan tebing, keindahan kuil ini menjadi bukti kemuliaan Hathesput dan kebaktiannya kepada para dewa.

Wanita yang akan menjadi raja

Ratu Hatshepsut yang dilambangkan sebagai Firaun Mesir Kuno (Britannica)

Hatshepsut lahir sekitar tahun 1507 SM dari pasangan Thutmose I dan istri kerajaannya yang agung, Ratu Ahmose. Dia menikah dengan saudara tirinya dan sang pewaris takhta, Thutmose II.

Thutmose II meninggal di usia muda, meninggalkan seorang putra berusia dua tahun (lahir dari istri kedua) sebagai ahli warisnya. Anak itu masih terlalu muda untuk memerintah, jadi Hatshepsut, bibi dan ibu tiri anak itu, memerintah untuknya. Hatshepsut secara bertahap mengubah peranya dari ratu wali penguasa menjadi firaun. 

Ketika Thutmose III beranjak dewasa, dia hanya menjadi orang kedua dalam pemerintahannya. Dia tidak memerintah secara langsung sebagai firaun sampai kematian Hatshepsut pada 1458 SM.

potret firaun Thutmose III (G. Dagli Orti/Bridgeman Images)

Kuil Mortuary

Pada periode Kerajaan Baru, Hatshepsut adalah salah satu firaun yang membangun Kuil Mortuary atau yang saat ini dikenal “Temples of Millions of Years”. Kuil ini terletak di tepi barat Sungai Nil, seberang Kota Thebes (Luxor modern). 

Lima abad sebelumnya, pada masa Kerajaan Pertengahan, Firaun Mentuhotep II telah mendirikan kuil pemakaman pertama di lokasi ini.

Mungkin terinspirasi oleh Mentuhotep, David menjelaskan, Hatshepsut membangun kompleks masifnya di kaki tebing, sebuah situs yang sekarang dikenal sebagai “Deir el Bahri”.

Lokasi suci ini telah disucikan untuk dewi Hathor, pelindung orang mati dan dewa pemakaman yang penting di Thebes,” jelas David.

Di kuil-kuil ini, para firaun akan disembah setelah kematian mereka. Sementara itu, mumi mereka beristirahat di tempat lain, dimakamkan di ruang bawah tanah pribadi di Lembah Para Raja.

Selain digunakan untuk pemakaman kerajaan, Kuil ini juga menjadi fokus untuk ritual lainnya: beberapa berhubungan dengan keluarga kerajaan, yang lainnya dengan dewa-dewa termasuk dewa Theban, Amun, dan dewa matahari, Re. 

Dari semua kuil pemakaman, kuil Hatshepsut akan menjadi struktur pemujaan utama di kompleks Theban.

Pembangunannya berlangsung selama 15 tahun dan dilakukan di bawah pengawasan Senenmut, seorang pejabat tinggi dan kesayangan firaun. Dia mengenalkan berbagai inovasi yang menjadikan bangunani ini memiliki kemegahan tak tertandingi.

Saat ini, dinding dan halaman kuil Hatshepsut mungkin terlihat agak polos. Namun pada masanya, David menjelaskan, kuil ini dipenuhi dengan warna-warna cerah, dikelilingi oleh taman dan kolam yang rimbun, serta dihiasi dengan pahatan dan relief.

“Setiap elemen dekoratif menyampaikan pesan agama atau politik, sesuai dengan penggunaan seremonial bangunan tersebut,” jelas David.

Menyusuri Kuil Hatshepsut

Kuil Hatshepsut, salah satu kuil Mesir kuno yang terkenal. (ALEKSANDRA HALLMANN)

David menjelaskan, bahwa tata letak kuil Hatshepsut dirancang dengan cermat. Yang paling jelas, “posisinya disusun agar sejajar dengan sempurna dengan Kuil Amun di Karnak, di sisi sungai Nil yang berlawanan.”

Selain itu, penataan lintas pusatnya yang presisi dari timur ke barat mencerminkan jalur pergerakan matahari, atau menurut kepercayaan pada masa itu, jalur dewa Re.

Langkan batu mengapit jalur tengah, dijaga oleh singa-singa batu yang megah. Sebuah barisan tiang memisahkan halaman pertama dan kedua.  

Untuk menyoroti kesalehan dan pengabdian Hatshepsut, relief menggambarkan dua obelisk besar dalam perjalanan menuju Kuil Amun di Karnak.

Di sekitar halaman kedua terdapat relief terkenal yang menunjukkan ekspedisi perdagangan yang dikirim Hatshepsut ke Tanah Punt, yang diyakini terletak di Tanduk Afrika. 

Pohon mur dibawa kembali dari ekspedisi ini dan ditanam di kompleks kuil. Damarnya kemudian digunakan dalam ritual kuil.

Pahatan atau ukiran gambar di kuil Hatshepsut. (Jawornicki Maciej)

Relief lainnya menggambarkan kelahiran ilahi Hatshepsut. Menurut legenda, dia dilahrikan oleh dewa Amun-Re dalam kunjungannya ke Ahmose, istri Thutmose I.

Di halaman paling atas, terdapat 24 patung yang besar dan juga tempat suci yang didedikasikan untuk pemujaan kerajaan, dewa matahari Re-Horakhty, dan Anubis.

Di bagian tengah halaman terakhir ini terdapat ruang terdalam kuil, tempat suci yang didedikasikan untuk Amun-Re. Di dalamnya terdapat tiga ruangan yang berdampingan yang dihiasi dengan adegan Hatshepsut dan dewa Amun.

Tempat suci Amun-Re adalah tempat utama untuk upacara yang dirayakan setiap tahun di Thebes: Festival Lembah yang Indah. Relief yang sudah rusak parah yang membentang di sepanjang halaman atas kuil Hatshepsut menggambarkan perayaan tersebut.

“Setelah kematiannya, Hatshepsut sengaja dilupakan oleh Thutmose III. Dia memerintahkan pembongkaran semua patung, monumen, dan representasi dirinya, termasuk penggambaran di kuilnya,” jelas David.