Nationalgeographic.co.id - Kesehatan adalah salah satu faktor penting yang harus kita jaga demi kelangsungan hidup kita. Apalagi hidup di zaman industri seperti saat ini. Saat tingkat polusi yang tinggi bisa menjadi salah satu penyebab menurunnya fungsi organ vital dalam tubuh kita.
Pola makan yang teratur dan gaya hidup sehat juga perlu diterapkan setiap hari, agar dapat mengontrol peran organ penting dalam tubuh kita, terutama jantung.
Sejarah dunia medis pernah mencatat, suku Tsimane yang merupakan suku asli Amerika Selatan ini memiliki jantung paling sehat di dunia. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Padahal mereka juga banyak mengonsumsi daging dalam kesehariannya.
Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal The Lancet menemukan bahwa meskipun pola makannya banyak memakan daging, kadar kolesterol baik yang rendah, dan tingkat peradangan yang tinggi, suku asli Amerika Selatan memiliki jantung paling sehat yang pernah diteliti. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan parasit di usus mereka.
Seorang warga Tsimane yang berusia 80 tahun memiliki arteri jantung yang sama dengan orang Amerika yang berusia 50 tahun, catat para peneliti.
Ben Trumble, salah satu direktur penelitian dan asisten professor di Sekolah Evolusi Manusia dan Perubahan Sosial di Arizona State University mengatakan bahwa, “Salah satu hal penting dalam penelitian ini adalah kami selalu berpikir bahwa populasi yang menjalani gaya hidup tradisional ini memiliki faktor risiko yang rendah,” kata Trumble, “tetapi kami tidak pernah dapat menunjukkan sebelumnya bahwa mereka sebenarnya memiliki tingkat aterosklerosis yang sangat rendah. Hal ini pertama kalinya ditampilkan.”
Suku Tsimane adalah kelompok penjelajah-hortikultura Amazon yang mendiami wilayah hutan dataran rendah yang luas, dan sabana di sebelah timur Andes di departemen Beni, Bolivia.
Tsimane mencari nafkah melalui pertanian berpindah, berburu, memancing, meramu, dan sesekali menjadi buruh upahan.
Meskipun tidak ada desa yang memiliki air bersih atau listrik, hingga 30 desa kini memiliki sekolah tempat siswa belajar membaca dan menulis dalam bahasa Tsimane dan Spanyol. Masyarakat Tsimane secara tentatif mengambil langkah kecil menuju akulturasi budaya, tetapi tampak ragu-ragu karena keinginan untuk mempertahankan identitas sosial dan ketidakpercayaan yang ada di mana-mana terhadap warga negara Bolivia.
Perekonomian Tsimane didasarkan pada budidaya jagung dan ubi kayu manis (kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk chicha, minuman fermentasi), pisang raja, beras, serta penangkapan ikan, perburuan, dan pengumpulan hasil hutan liar dalam skala kecil.
Setiap orang dewasa, atau pasangan suami-istri memelihara sejumlah ladang dalam berbagai tahap budi daya. Hutan merupakan rumah bagi beragam flora dan fauna yang menjadi sumber makanan, sementara sungai menawarkan banyak spesies ikan dan tanah yang relatif subur (walaupun rawan banjir) di dekat tepiannya untuk budi daya. Suku Tsimane menggunakan berbagai taktik untuk mendapatkan ikan, termasuk kail dan tali, busur dan anak panah, kadang-kadang jaring, jika tersedia, dan juga menggunakan bendungan buatan tangan.