Mustafa Kemal Ataturk: Hancurkan Ottoman, Jadi Presiden Pertama Turki

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 10 Maret 2024 | 16:00 WIB
Mustafa Kemal Ataturk sang Bapak Bangsa Turki, yang juga dikenal sebagai sosok kontroversional terkait kehancuran Kekaisaran Ottoman. (Public domain)

Mengambil Kekuasaan Kekaisaran Ottoman

Berdasarkan perjanjian perdamaian pascaperang yang ditandatangani pada bulan Agustus 1920, Sekutu melucuti semua provinsi Arab dari Kekaisaran Ottoman.

Kemudian, memberikan Armenia merdeka dan Kurdistan yang otonom, menempatkan Yunani sebagai penanggung jawab wilayah sekitar Smyrna (sekarang Izmir) hingga menegaskan ekonomi kendali atas negara kecil yang tersisa.

Namun, Mustafa Kemal telah mengorganisir gerakan kemerdekaan yang berbasis di Ankara, yang tujuannya adalah untuk mengakhiri pendudukan asing di wilayah berbahasa Turki dan menghentikan pembagian wilayah tersebut.

Pemerintahan sultan di Istanbul menjatuhkan hukuman mati kepada Mustafa Kemal secara in absentia. Namun gagal mencegahnya menggalang dukungan militer dan rakyat.

Dengan bantuan uang dan senjata dari Soviet, pasukannya menghancurkan orang-orang Armenia di timur dan memaksa Prancis dan Italia mundur dari selatan.

Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke orang-orang Yunani, yang telah mendatangkan malapetaka pada penduduk Turki selama perjalanan mereka dalam jarak 50 mil dari Ankara.

Pada bulan Agustus dan September 1921, dengan Mustafa Kemal sebagai panglima tentara, Turki menghentikan kemajuan Yunani di Pertempuran Sakarya.

Pada bulan Agustus berikutnya, mereka melancarkan serangan yang mematahkan garis pertahanan Yunani dan membuat mereka mundur sepenuhnya hingga kembali ke Smyrna di Laut Mediterania.

Kebakaran terjadi di Smyrna, yang bersamaan dengan penjarahan dan amukan tentara Turki, merenggut nyawa ribuan penduduk Yunani dan Armenia.

Sekitar 200.000 orang Yunani dan Armenia lainnya terpaksa dievakuasi dengan kapal perang Sekutu di dekatnya, dan tidak pernah kembali.

Mustafa Kemal selanjutnya mengancam akan menyerang Istanbul, yang sedang diduduki oleh Inggris dan negara Sekutu lainnya.