Mustafa Kemal Ataturk: Hancurkan Ottoman, Jadi Presiden Pertama Turki

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 10 Maret 2024 | 16:00 WIB
Mustafa Kemal Ataturk sang Bapak Bangsa Turki, yang juga dikenal sebagai sosok kontroversional terkait kehancuran Kekaisaran Ottoman. (Public domain)

Daripada berperang, Inggris setuju untuk merundingkan perjanjian perdamaian baru dan mengirimkan undangan ke pemerintahan sultan di Istanbul dan pemerintahan Mustafa Kemal di Ankara.

Namun sebelum konferensi perdamaian dimulai, Majelis Agung Nasional di Ankara mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa kekuasaan sultan telah berakhir.

Khawatir akan nyawanya, sultan Ottoman terakhir meninggalkan istananya dengan ambulans Inggris. Perjanjian perdamaian baru kemudian ditandatangani pada bulan Juli 1923 yang mengakui negara Turki merdeka.

Pada bulan Oktober itu, Majelis Agung Nasional memproklamirkan Republik Turki dan memilih Mustafa Kemal sebagai presiden pertamanya.

Presiden Turki Pertama

Bahkan sebelum ia menjadi presiden, Yunani setuju untuk mengirim sekitar 380.000 Muslim ke Turki dengan imbalan lebih dari 1 juta praktisi Ortodoks Yunani. Sementara itu, di bawah Mustafa Kemal, emigrasi paksa orang-orang Armenia terus berlanjut.

Meskipun Turki kini mayoritas penduduknya beragama Islam, Mustafa Kemal menggulingkan khalifah, penerus Nabi Muhammad SAW dan pemimpin spiritual komunitas Muslim sedunia.

Dia menutup semua pengadilan agama dan sekolah, melarang pemakaian jilbab, mencabut larangan alkohol, mengadopsi kalender Masehi sebagai pengganti kalender Islam, menjadikan hari Minggu sebagai hari libur dan istirahat daripada hari Jumat, mengubah alfabet Turki dari huruf Arab menjadi huruf Romawi, mengamanatkan azan dalam bahasa Turki daripada bahasa Arab.

Pemerintahan Mustafa Kemal mendukung industrialisasi dan mengadopsi kode hukum baru berdasarkan model Eropa.

Pada tanggal 10 November 1938, Ataturk, yang tidak pernah memiliki anak, meninggal di kamar tidurnya di Istana Dolmabahce di Istanbul.

Dia digantikan oleh İsmet İnönü, perdana menteri pada sebagian besar pemerintahan Ataturk, yang melanjutkan kebijakan sekularisasi dan westernisasi.