Mustafa Kemal Ataturk: Hancurkan Ottoman, Jadi Presiden Pertama Turki

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 10 Maret 2024 | 16:00 WIB
Mustafa Kemal Ataturk sang Bapak Bangsa Turki, yang juga dikenal sebagai sosok kontroversional terkait kehancuran Kekaisaran Ottoman. (Public domain)

Nationalgeographic.co.id Mustafa Kemal Ataturk dikenal sebagai Bapak Bangsa Turki. Namun, dia juga dikenal sebagai sosok yang kontroversional, karena disebut sebagai sebab hancurnya Kekaisaran Ottoman.

Ataturk menjabat sebagai presiden pertama Turki dari tahun 1923 hingga kematiannya pada tahun 1938. Dalam perjalanannya, dia melaksanakan reformasi yang dengan cepat membuat negara tersebut menjadi sekularisasi dan westernisasi.

Di bawah kepemimpinannya, peran Islam dalam kehidupan publik menyusut drastis, undang-undang gaya Eropa diberlakukan, jabatan sultan dihapuskan, persyaratan bahasa dan pakaian baru diberlakukan.

Meskipun negaranya secara nominal demokratis, Ataturk terkadang membungkam oposisi dengan cara yang otoriter.

Mustafa Kemal Ataturk lahir sekitar tahun 1881 di kota Salonica (sekarang Thessaloniki, Yunani), yang pada saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman.

Keluarganya adalah kelas menengah, berbahasa Turki dan Muslim. Seorang siswa yang baik, Mustafa Kemal bersekolah di serangkaian sekolah militer.

Dia kemudian ditempatkan di Suriah dan Palestina selama beberapa tahun sebelum mendapatkan jabatan kembali di Salonica.

Pada tahun 1911 dan 1912, dia merupakan peminum berat berperang melawan Italia di Libia.

Selama Perang Dunia I (1914-18), Kekaisaran Ottoman bersekutu dengan Jerman dan Austria-Hongaria. Pada saat ini, kerajaan yang menua telah kehilangan hampir seluruh wilayahnya di Eropa dan Afrika.

Selain itu, apa yang disebut Revolusi Turki Muda pada tahun 1908 telah melucuti kekuasaan otokratis sultan dan membuka era pemerintahan parlementer.

Pada tahun 1915 Mustafa Kemal menonjolkan dirinya selama kampanye Semenanjung Gallipoli yang berlangsung hampir setahun, di sana ia membantu menghentikan kekuatan besar pasukan Inggris dan Prancis untuk merebut Istanbul.

Dia dipromosikan dari kolonel menjadi brigadir jenderal dan dikirim untuk berperang di Turki timur, Suriah, dan Palestina. Diperkirakan 1,5 juta warga Armenia tewas dan lainnya diusir selama perang dan setelahnya, tetapi Mustafa Kemal belum dikaitkan dengan pelaku genosida.

Mengambil Kekuasaan Kekaisaran Ottoman

Berdasarkan perjanjian perdamaian pascaperang yang ditandatangani pada bulan Agustus 1920, Sekutu melucuti semua provinsi Arab dari Kekaisaran Ottoman.

Kemudian, memberikan Armenia merdeka dan Kurdistan yang otonom, menempatkan Yunani sebagai penanggung jawab wilayah sekitar Smyrna (sekarang Izmir) hingga menegaskan ekonomi kendali atas negara kecil yang tersisa.

Namun, Mustafa Kemal telah mengorganisir gerakan kemerdekaan yang berbasis di Ankara, yang tujuannya adalah untuk mengakhiri pendudukan asing di wilayah berbahasa Turki dan menghentikan pembagian wilayah tersebut.

Pemerintahan sultan di Istanbul menjatuhkan hukuman mati kepada Mustafa Kemal secara in absentia. Namun gagal mencegahnya menggalang dukungan militer dan rakyat.

Dengan bantuan uang dan senjata dari Soviet, pasukannya menghancurkan orang-orang Armenia di timur dan memaksa Prancis dan Italia mundur dari selatan.

Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke orang-orang Yunani, yang telah mendatangkan malapetaka pada penduduk Turki selama perjalanan mereka dalam jarak 50 mil dari Ankara.

Pada bulan Agustus dan September 1921, dengan Mustafa Kemal sebagai panglima tentara, Turki menghentikan kemajuan Yunani di Pertempuran Sakarya.

Pada bulan Agustus berikutnya, mereka melancarkan serangan yang mematahkan garis pertahanan Yunani dan membuat mereka mundur sepenuhnya hingga kembali ke Smyrna di Laut Mediterania.

Kebakaran terjadi di Smyrna, yang bersamaan dengan penjarahan dan amukan tentara Turki, merenggut nyawa ribuan penduduk Yunani dan Armenia.

Sekitar 200.000 orang Yunani dan Armenia lainnya terpaksa dievakuasi dengan kapal perang Sekutu di dekatnya, dan tidak pernah kembali.

Mustafa Kemal selanjutnya mengancam akan menyerang Istanbul, yang sedang diduduki oleh Inggris dan negara Sekutu lainnya.

Daripada berperang, Inggris setuju untuk merundingkan perjanjian perdamaian baru dan mengirimkan undangan ke pemerintahan sultan di Istanbul dan pemerintahan Mustafa Kemal di Ankara.

Namun sebelum konferensi perdamaian dimulai, Majelis Agung Nasional di Ankara mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa kekuasaan sultan telah berakhir.

Khawatir akan nyawanya, sultan Ottoman terakhir meninggalkan istananya dengan ambulans Inggris. Perjanjian perdamaian baru kemudian ditandatangani pada bulan Juli 1923 yang mengakui negara Turki merdeka.

Pada bulan Oktober itu, Majelis Agung Nasional memproklamirkan Republik Turki dan memilih Mustafa Kemal sebagai presiden pertamanya.

Presiden Turki Pertama

Bahkan sebelum ia menjadi presiden, Yunani setuju untuk mengirim sekitar 380.000 Muslim ke Turki dengan imbalan lebih dari 1 juta praktisi Ortodoks Yunani. Sementara itu, di bawah Mustafa Kemal, emigrasi paksa orang-orang Armenia terus berlanjut.

Meskipun Turki kini mayoritas penduduknya beragama Islam, Mustafa Kemal menggulingkan khalifah, penerus Nabi Muhammad SAW dan pemimpin spiritual komunitas Muslim sedunia.

Dia menutup semua pengadilan agama dan sekolah, melarang pemakaian jilbab, mencabut larangan alkohol, mengadopsi kalender Masehi sebagai pengganti kalender Islam, menjadikan hari Minggu sebagai hari libur dan istirahat daripada hari Jumat, mengubah alfabet Turki dari huruf Arab menjadi huruf Romawi, mengamanatkan azan dalam bahasa Turki daripada bahasa Arab.

Pemerintahan Mustafa Kemal mendukung industrialisasi dan mengadopsi kode hukum baru berdasarkan model Eropa.

Pada tanggal 10 November 1938, Ataturk, yang tidak pernah memiliki anak, meninggal di kamar tidurnya di Istana Dolmabahce di Istanbul.

Dia digantikan oleh İsmet İnönü, perdana menteri pada sebagian besar pemerintahan Ataturk, yang melanjutkan kebijakan sekularisasi dan westernisasi.