Seperti Honmyokai, altruisme adalah tema dalam cerita Tetsumonkai. Pada zaman Edo, penyakit yang menyerang mata menyebar hingga mencapai epidemi.
Menurut Hori, Tetsumonkai konon mencungkil salah satu matanya sendiri sebagai persembahan kepada dewa Gunung Yudano untuk menyelamatkan mereka yang menderita penyakit tersebut.
Mengikuti preseden yang ditetapkan sebelumnya, Tetsumonkai berpuasa dan memasuki meditasi mendalam. Ia pun menjadi seorang Buddha yang diabadikan di Kuil Churen-ji.
Masih banyak sokushinbutsu lain yang pernah ada dan banyak pula yang kisahnya hilang dimakan waktu. Sebagian memutuskan untuk menjalani proses tersebut karena alasan pribadi dan unik. Namun, proses tersebut seringkali dilakukan karena alasan altruistik, baik untuk kepentingan individu, desa, atau masyarakat luas.
Oleh karena itu, alasan untuk menjadi sokushinbutsu tampaknya bukan sekadar melakukan tindakan tersebut demi kepentingan diri sendiri. Mereka melakukannya demi orang lain—baik selama kehidupan fana mereka maupun di akhirat sebagai Buddha hidup.