Pada pertengahan abad keempat, karena tertekan oleh ekspansi bangsa Hun dari Asia Tengah ke arah barat, bangsa Goth mencari perlindungan di Kekaisaran Romawi.
Mereka diizinkan menyeberangi Sungai Donau dan menetap di provinsi-provinsi Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 376 M dengan syarat tertentu, termasuk memasok tentara untuk tentara Romawi.
Namun, adanya korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat Romawi setempat menyebabkan penganiayaan parah terhadap bangsa Goth. Hal ini mengakibatkan pemberontakan yang dikenal sebagai Perang Gotik.
Yang memimpin pemberontakan ini adalah Fritigern, seorang pemimpin Visigoth yang dengan cekatan menyatukan berbagai suku Gotik dan sekutu 'barbar' lainnya di bawah tujuan yang sama.
Pertempuran Adrianople
Ketegangan ini memuncak pada akhir abad ke-4 M, memicu serangkaian peristiwa yang pada akhirnya berujung pada bentrokan dahsyat di Adrianople.
Salah satu penyebab utamanya adalah migrasi massal orang Goth ke Kekaisaran Romawi Timur.
Pada tahun 376 M, karena terlantar karena serangan bangsa Hun, bangsa Goth mencari perlindungan di seberang Sungai Danube, meminta suaka kepada bangsa Romawi.
Kekaisaran Romawi, yang melihat peluang strategis untuk memperkuat barisan mereka dengan tentara Gotik, mengizinkan mereka masuk.
Namun, proses integrasi penuh dengan kesulitan. Bangsa Goth dianiaya oleh para pejabat Romawi, menjadi sasaran praktik korupsi, kelaparan, dan bahkan diperbudak dengan kedok perekrutan militer.
Kondisi yang keras ini memicu kebencian di antara para pemukim Gotik. Pada saat yang sama, Kekaisaran Romawi, meskipun mempunyai wilayah dan kekuatan militer yang luas, sedang berjuang dengan masalah internal.
Permasalahan ekonomi, pertikaian politik, dan kekuatan militer yang lemah akibat konflik di berbagai wilayah telah melemahkan Kekaisaran dari dalam.