Adrianople, Pertempuran Darah Memicu Jatuhnya Kekaisaran Romawi

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 12 Maret 2024 | 09:00 WIB
Pertempuran Adrianople menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi kuno. (History Skills)

Kaisar Valens, yang memerintah bagian Timur Kekaisaran, sedang asyik berperang dengan Persia, sehingga masalah Gotik tidak ditangani secara memadai.

Dalam kondisi ini, bangsa Goth yang dipimpin oleh Fritigern memberontak melawan penguasa Romawi mereka.

Pemberontakan ini dikenal sebagai Perang Gotik, menyebabkan serangkaian pertempuran antara Romawi dan Goth.

Menanggapi krisis yang meningkat, Kaisar Valens memutuskan untuk secara pribadi memimpin kampanye melawan pemberontak, sebuah keputusan yang berpuncak pada konfrontasi di Adrianople.

Pertempuran Adrianopel bukan sekadar bentrokan dua pasukan. Hal ini merupakan konfrontasi antara dua pemimpin tangguh, yang masing-masing mewakili budaya dan tradisi militer yang sangat berbeda.

Dua tokoh kunci dalam narasi sejarah ini adalah Kaisar Valens dari Kekaisaran Romawi Timur dan Fritigern, pemimpin pasukan Gotik.

Flavius ​​Julius Valens, adik Kaisar Valentinian I, adalah Kaisar Romawi dari tahun 364 hingga 378 M.

Setelah kenaikan Valentinianus, ia membagi Kekaisaran Romawi menjadi bagian Timur dan Barat, dan Valens mengambil alih takhta Timur.

Valens, meski kurang pengalaman militer, telah membuktikan dirinya sebagai administrator dan penguasa yang efektif.

Keputusannya untuk melawan bangsa Goth di Adrianople, meskipun kalah jumlah dan tanpa dukungan dari rekan kaisar baratnya, Gratianus, akan terbukti menjadi kesalahan perhitungan yang fatal.

Fritigern adalah pemimpin Goth Thervingi, salah satu dari dua kelompok Gotik utama yang melintasi Danube pada tahun 376 M. 

Ia muncul sebagai sosok pemersatu di tengah suku-suku Gotik yang terfragmentasi, menghadirkan front persatuan melawan penindasan Romawi.