Kisah Kegagalan Maximinus Thrax sebagai Penguasa di Kekaisaran Romawi

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 16 Maret 2024 | 17:00 WIB
Sejarah Kekaisaran Romawi yang luas dan kuat ditentukan oleh banyak penguasanya. Sepanjang sejarahnya, ada banyak kaisar yang berbakat dan cakap dalam memimpin. Namun, tidak semua kaisar terampil dan beberapa di antaranya digolongkan sebagai kaisar yang gagal. (José Luiz Bernardes Ribeiro /CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah Kekaisaran Romawi yang luas dan kuat ditentukan oleh banyak penguasanya. Sepanjang sejarahnya, ada banyak kaisar yang berbakat dan cakap dalam memimpin. Namun, tidak semua kaisar terampil dan beberapa di antaranya digolongkan sebagai kaisar yang gagal.

Kaisar Romawi berasal dari berbagai kalangan, termasuk kalangan prajurit. Sejarah mencatat krisis yang disebabkan oleh kepemimpinan kaisar yang berasal dari kalangan prajurit itu. Salah satunya adalah Maximinus Thrax.

Konon, masa pemerintahan singkatnya membawa kekaisaran tersebut ke dalam Krisis Abad Ketiga yang terkenal. Krisis itu adalah sebuah era ketika banyak kaisar naik takhta, tetapi kemudian jatuh dengan cepat setelahnya.

Maximinus Thrax: dari prajurit menjadi penguasa di Kekaisaran Romawi

Maximinus Thrax, juga dikenal sebagai Gaius Julius Verus Maximinus Augustus, adalah tokoh penting dalam sejarah Kekaisaran Romawi.

Pemerintahannya, meskipun singkat menurut standar kekaisaran, ditandai dengan pencapaian luar biasa dan tantangan yang signifikan. “Ia mendapat tempat dalam sejarah Romawi sebagai kaisar pertama yang berasal dari non-senator,” tulis Aleksa Vučković di laman Ancient Origins.

Ia dilahirkan sekitar tahun 173 M di Thrace (sekarang Bulgaria). Sedikit yang diketahui tentang kehidupan awalnya, namun diyakini bahwa ia berasal dari keluarga asal barbar, kemungkinan keturunan Gotik atau Alanik. Berkat perawakan dan asal-usulnya, ia mendapat julukan Thrax, yang berarti orang Thrakia. Kelak julukan tersebut ditambahkan pada gelar kekaisarannya.

Maximinus Thrax memulai karirnya di militer, di mana kecakapan fisik dan keterampilan kepemimpinannya dengan cepat menarik perhatian atasannya. Bertugas di bawah Kaisar Septimius Severus dan penerusnya, Maximinus merupakan komandan yang tangguh. Ia memimpin legiun Romawi dalam serangan militer melintasi perbatasan Kekaisaran Romawi.

Keberhasilan militernya dalam meredam kerusuhan di Germania dan mengamankan perbatasan Danube membuatnya mendapat dukungan dari prajurit. Kelak kesetiaan prajuritnya terbukti penting dalam upayanya untuk meraih takhta Kekaisaran.

Pada 235 M, setelah pembunuhan Kaisar Alexander Severus, Kekaisaran Romawi terjerumus ke dalam periode Krisis Abad Ketiga. Dalam kekosongan kekuasaan yang terjadi, Garda Praetoria mengangkat Maximinus Thrax sebagai kaisar baru. Ia diangkat karena kehebatan bela diri dan daya tarik populernya di kalangan prajurit.

Maka dimulailah pemerintahan Maximinus Thrax yang singkat namun penuh gejolak sebagai Kaisar Romawi ke-27. Thrax juga dianggap sebagai “kaisar barak”, yang hanya terhubung dengan militer dan naik takhta kekaisaran melalui pangkat tentara.

Kaisar baru di era penuh gejolak