Selisik Periode Jomon dan Manusia Pertama yang Tiba di Jepang

By Sysilia Tanhati, Senin, 18 Maret 2024 | 16:16 WIB
Sebagian besar Periode Jomon masih menjadi misteri bagi para arkeolog dalam sejarah Jepang. Masyarakat pada masa itu belum mempunyai bahasa tertulis. Jadi sebagian besar informasi yang diketahui berasal dari spekulasi. (Sannai Maruyama/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Jauh sebelum era shogun dan samurai, pulau-pulau di Jepang sudah dihuni oleh orang-orang yang meninggalkan warisan penting. Hal ini bahkan telah berlangsung sebelum orang Jepang tiba di tempat yang sekarang dianggap sebagai tanah air mereka. Era ini dikenal sebagai Periode Jomon dalam sejarah Jepang.

Sebagian besar Periode Jomon masih menjadi misteri bagi para arkeolog. Masyarakat pada masa itu belum mempunyai bahasa tertulis. Jadi sebagian besar informasi yang diketahui berasal dari spekulasi. “Periode Jomon adalah bagian yang menarik dalam sejarah Jepang,” tulis Greg Beyer di laman The Collector.

Orang pertama yang tiba di Jepang

Sekitar 39.000 tahun yang lalu, sebelum manusia menetap, para pemburu-pengumpul hidup mengikuti kawanan hewan yang mereka andalkan. Akibat Zaman Es Terakhir, turunnya permukaan laut menyebabkan pulau-pulau di Jepang terhubung satu sama lain. Termasuk daratan Asia.

Jepang terletak di Cincin Api Pasifik. Wilayah ini dipenuhi gunung berapi. Gunung berapi merupakan sumber daya yang mudah bagi para pemburu-pengumpul awal yang menggunakan peralatan batu dalam kehidupan sehari-hari. Bukti menunjukkan bahwa penduduk awal ini menambang obsidian sejak 35.000 tahun yang lalu.

Ketika kawanan hewan bermigrasi ke Jepang, suku nomaden pun yang mengikuti mereka. Ketika Zaman Es berakhir, gletser menyusut ke utara, mencair, dan permukaan laut mulai naik. Pada akhir Zaman Es Terakhir, sekitar 10.000 tahun yang lalu, Jepang hanyalah serangkaian pulau. Pulau-pulau di dalamnya terputus dari daratan Asia. Kawanan hewan juga dipisahkan dari jalur migrasi mereka. Ternak menderita dan mulai mati. Penduduk pulau harus mengubah gaya hidupnya dan mulai berburu hewan kecil.

Perubahan glasial juga mengubah Jepang menjadi hutan belantara yang subur. Di antara flora ini terdapat pohon-pohon penghasil kacang seperti beech, buckeyes, oaks, dan chestnut. Semua itu menjadi sumber makanan yang sangat berharga bagi masyarakat pada Periode Jomon awal.

Sebagai negara kepulauan, iklim yang lebih hangat juga membawa melimpahnya biota laut ke perairan pesisir. Sebagian besar aktivitas manusia mulai berpusat pada panen dan konsumsi biota laut tersebut. Gundukan besar cangkang merupakan bukti hal ini dalam catatan arkeologi.

Kehidupan prasejarah pada masa ini dipengaruhi oleh iklim Jepang yang ditandai dengan variasi musiman. Di akhir musim gugur dan musim dingin, masyarakat berburu babi hutan dan rusa. Di musim semi, mereka mengumpulkan sayuran liar dan kerang. Di musim panas, perairan yang lebih tenang memungkinkan mereka pergi ke laut dan memancing. Lalu di musim gugur, mereka beralih ke pengumpulan kacang-kacangan dan buah-buahan liar yang tersedia.

Periode Jomon awal berlangsung hingga sekitar tahun 5000 SM. Saat itu populasi bertambah banyak akibat melimpahnya makanan dan sumber daya yang tersedia pada periode cuaca yang lebih hangat dan lembab.

Periode Jomon awal

Di masa ini, tembikar mulai dibuat dalam jumlah besar. Tembikar menjadi sumber daya yang sangat berharga bagi para arkeolog dan membedakan budaya menurut pragmatik kronologis.