Sepotong Kisah Sukacita di Balik Kedai Sederhana Kekaisaran Romawi

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 22 Maret 2024 | 07:00 WIB
Ilustrasi thermopolium Kekaisaran Romawi. (Via Xsperienza)

Nationalgeographic.co.id—Di jantung kota Pompeii kuno yang hiruk pikuk, di antara jalanan berbatu yang membuat derap pedati bergemuruh, berdiri sebuah bangunan kecil namun semarak. Ia adalah termopolium atau kedai makanan Lucius, sebuah restoran cepat saji kono di Kekaisaran Romawi.

Restoran ini didirikan oleh Lucius, seorang pria dari keluarga sederhana yang telah menjelajahi hampir seluruh wilayah Kekaisaran Romawi.

Seusai perjalanannya yang panjang, Lucius memnginginkan sebuah tempat nyaman dengan berbagai jenis masakan untuk masyarakat jelata di Pompeii.

Lucius

Lucius dikenal oleh sebagian besar masyarakat akan kesederhanannya. Penampilannya ditandai dengan matanya coklat yang berbinar. 

Pakaiannya selalu bersih namun sudah usang, sebuah bukti dari sifat praktisnya. Di kakinya, ia mengenakan sandal yang kokoh, yang mampu bertahan berjam-jam untuk berdiri dan berjalan.

Menurut Christina Athanasiou, seorang penulis dan sejarawan dari Yunani, Lucius menerima pendidikan yang biasa-biasa saja; dia bukan seorang sarjana atau filsuf. Namun, perjalanannya melintasi Kekaisaran telah menjadi ruang kelasnya.

“Ia belajar dari orang-orang yang ia temui, makanan yang ia cicipi, dan budaya yang ia alami,” jelas Christina .

Pendidikan informal ini memberinya perspektif unik tentang kehidupan, yang didasarkan pada pengetahuan praktis dan kebijaksanaan duniawi.

Kisah keluarga Lucius adalah kisah yang sederhana. Orang tuanya bukan keturunan bangsawan; mereka adalah rakyat jelata. Ayahnya seorang pengrajin dan ibunya seorang penenun.

Meskipun demikian, keluarga sederhananya sangat menekankan nilai-nilai kerja keras dan pentingnya kebersamaan. Hal inilah yang kemudian sangat mempengaruhi riwayat hidup Lucius.

Mimpi Lucius tak muluk-muluk namun sangat mendalam. Dia ingin menciptakan tempat berkumpul bagi semua orang, di mana makanan tidak hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga kegembiraan untuk dibagikan.