Nationalgeographic.co.id—Ninja tidak diragukan lagi adalah salah satu prajurit Kekaisaran Jepang paling terkenal dalam budaya pop. Sebagai praktisi ninjutsu, para pejuang yang mengikuti jalan ini disebut sebagai shinobi. Namun apakah ninjutsu hanya berlaku bagi kaum pria saja? Faktanya, kaum wanita pun bisa menjadi praktisi ninjutsu. Mereka dikenal sebagai kunoichi dalam sejarah Kekaisaran Jepang.
Di zaman modern, istilah kunoichi kemudian berkembang menjadi ninja wanita. Bagaimana sejarah tokoh misterius ini? Dan apa fungsi mereka dalam masyarakat Jepang?
Ninja, shinobi, dan kunoichi
Ninja adalah praktisi taktik militer berbasis spionase yang disebut ninjutsu, milik kelas shinobi Jepang. Sering kali ada anggapan yang salah bahwa ninja hanyalah laki-laki, khususnya dalam konteks sejarah. Di masa itu, lingkungan sosial didominasi laki-laki di mana perempuan ditempatkan di latar belakang baik sebagai istri atau tokoh (jika bangsawan).
Namun dalam kasus shinobi, perempuan bekerja bersama laki-laki sebagai aset tersembunyi yang kuat dalam klan shinobi. “Para wanita itu tergabung dalam kelompok yang disebut kunoichi,” tulis Riley Winters di laman Ancient Origins.
Kunoichi tercatat sebagai pemuja ninjutsu yang kuat pada abad ke-17. Hal ini didokumentasikan dalam sebuah buku tebal berjudul Bansenshukai, kumpulan rahasia pelatihan ninja. Prajurit Kunoichi tampaknya sudah ada sebelum dokumentasi mereka dalam teks ini. Tapi berapa lamanya, tidak pasti.
Seorang wanita, Mochizuki Chiyome, diyakini telah berhasil menciptakan kelompok rahasia kunoichi di Kekaisaran Jepang pada abad ke-16.
Menggunakan gender sebagai senjata tipu muslihat yang mematikan
Keyakinan yang konsisten bahwa wanita tidak lebih dari sekedar “pemanis” atau istri yang penurut merupakan pertanda baik bagi kunoichi. Pasalnya, hal itu memungkinkan para prajurit tangguh dari Kekaisaran Jepang itu untuk mendekati targetnya. “Biasanya pria dari kelas samurai,” tambah Winters. Biasanya, mereka dikirim untuk mendapatkan informasi atau untuk membunuh.
Meskipun pria selalu mewaspadai pria yang mencurigakan, jarang sekali mereka mewaspadai wanita yang mencurigakan. Perempuan jauh lebih mungkin untuk dapat mempertahankan penyamaran mereka dibandingkan laki-laki. Selain itu, samurai di Kekaisaran Jepang jarang mempekerjakan laki-laki asing untuk meminta nasihat, bantuan atau perlindungan. Di sisi lain, mereka biasa memiliki selir atau wanita simpanan cantik.
Oleh karena itu, kunoichi sering menyamar sebagai penari, pelacur, pelayan, biarawan Shinto, dan lainnya. Penyamaran tersebut memungkinkan kunoichi mendapatkan akses ke bagian paling penting dari kehidupan samurai. Di masa itu, para biarawan wanita tidak dilarang bepergian karena hal itu dianggap sebagai bagian dari pendidikan agama mereka.
Karena alasan tersebut, perempuan dapat menyusup lebih dalam dibandingkan laki-laki di zona yang lebih berbahaya. Bagaimana jika seorang samurai mengetahui penyamaran sang kunoichi? Biasanya kunoichi menghadapi hukuman yang lebih berat dibanding shinobi atau ninja pria.
Di sisi lain, kunoichi juga mampu melakukan hal-hal yang kejam dan mengerikan. Bila diperlukan, mereka dapat membunuh sang target.
Senjata yang digunakan kunoichi di Kekaisaran Jepang
Ninja wanita biasanya menggunakan seksualitas dan kecantikan mereka untuk mendapatkan akses ke target mereka. Tapi mereka tidak mengesampingkan ninja pria untuk menghabisi targetnya bila mereka lengah.
Bagaimana bila penyamaran mereka terbongkar? Jika mereka terekspos, kunoichi menggunakan taktik kebingungan seperti melepaskan kimononya dan berteriak keras. Menyesatkan dan penipuan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari para prajurit wanita itu.
Para wanita itu sendiri juga melakukan pembunuhan. Beberapa senjata tajam yang digunakan mirip dengan yang ditampilkan dalam film mata-mata dan sejarah ninja di zaman modern. Para kunoichi menggunakan kipas dengan bilah tersembunyi. Mereka juga menggunakan belati, berbagai bentuk racun, pedang katana tipis, dan bintang lempar yang terkenal.
Namun, senjata pilihan kunoichi pada dasarnya adalah “cakar Wolverine”. Berupa selubung jari dari kulit dengan cakar logam yang diasah, neko-te adalah pilihan terbaik. Senjata ini memungkinkan kunoichi untuk memiliki cakar kucing nan tajam dan mematikan.
Neko-te panjangnya berkisar antara 2,5-7,6 cm, cukup panjang dan tajam untuk merobek daging manusia. Wanita yang sangat pendendam bahkan mungkin mencelupkan cakarnya ke dalam racun untuk memperparah rasa sakit. Atau bahkan mempercepat kematian sang target yang malang.
Terlepas dari kesalahpahaman umum tentang jenis kelamin ninja, kunoichi memiliki posisi penting di Kekaisaran Jepang yang feodal dan berpusat pada shogun. Perempuan seperti Mochizuki Chiyome mengangkat senjata untuk mempertaruhkan nyawa dan anggota tubuhnya. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan akses terhadap musuh yang kuat dan memastikan perlindungan bagi para pemimpin dan pemerintahannya.
Ninja dan samurai wanita di Kekaisaran Jepang
Wanita dari kalangan atas tidak asing dengan pertempuran dan banyak istri samurai yang disebut sebagai onna bugeisha (seniman bela diri wanita). Dan penting untuk dicatat bahwa kunoichi berbeda dalam taktik dan persenjataannya dengan onna bugeisha, sama seperti shinobi berbeda dari samurai.
Kunoichi digunakan untuk misi mata-mata, sedangkan onna bugeisha bertempur pada saat terjadi turbulensi besar, seperti dalam Perang Genpai. Onna bugeisha berperang di tempat terbuka, menggunakan senjata melengkung seperti naginata. Sebaliknya, taktik bertarung kunoichi berbasis sembunyi-sembunyi dan mengandalkan faktor-faktor seperti unsur kejutan dan racun.
Meskipun hanya sedikit kunoichi yang diketahui namanya, sejarah menunjukkan bahwa mereka sangat dihormati oleh para pria yang mempekerjakannya. Dan tentu saja, kunioichi merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan oleh musuh-musuhnya.