Natioinalgeographic.co.id—Penunggang kuda Oyo adalah pejuang legendaris yang mengabdi pada Kerajaan Oyo di Afrika Barat. Dikenal karena keterampilan berkuda dan keberanian dalam pertempuran, mereka memainkan peran penting dalam memperluas Kerajaan dan membangun dominasinya. Perjuangan mereka turut membentuk sejarah Afrika.
Para penunggang kuda juga dihormati karena kecerdasan dan kebijaksanaan mereka. Bagi Kerajaan Oyo, para penunggang kuda ini merupakan aset berharga. Warisan mereka terus menginspirasi. Dalam sejarah Afrika, pasukan ini menjadi kebanggaan dan mendapatkan rasa hormat di kalangan masyarakat Yoruba.
“Penunggang kuda ini adalah kekayaan sejarah dan warisan budaya Kerajaan Oyo,” tulis Robbie Mitchell di laman Ancient Origins.
Sejarah Kerajaan Oyo
Catatan dari era awal Kerajaan Oyo sangat sedikit. Diperkirakan bahwa kerajaan ini didirikan pada sekitar tahun 1300 M oleh Yoruba (kelompok etnis Afrika Barat). Masyarakat Yoruba adalah masyarakat yang sangat terorganisir dan canggih, dipimpin oleh Oranmiyan, oba (raja) pertama Kerajaan Oyo.
Ibu kota Kerajaan terletak di Kota Oyo-lle. Seiring dominasi kerajaan, ibu kota menjadi terkenal karena arsitekturnya yang mengesankan, kekayaan, dan kekuatan militernya. Kerajaan Oyo sangat bergantung pada militernya.
Kerajaan Oyo dipimpin oleh seorang raja yang dikenal sebagai Alaafin, yang didukung oleh dewan pemimpin dan tentara yang kuat. Alaafin harus berhati-hati saat berkuasa. Militer Yoruba mempunyai nilai-nilai yang kuat dan membiarkan bawahannya terlalu independen sering kali berujung pada pemberontakan.
Seiring waktu, Kerajaan Oyo berkembang menjadi negara bagian berbahasa Yoruba terbesar. Kerajaan ini pun menjadi salah satu negara bagian paling penting secara politik di seluruh Afrika Barat.
Pada akhir abad ke-18, Oyo memiliki pengaruh besar terhadap sebagian besar kerajaan berbahasa Yoruba lainnya. Selain itu juga terhadap sebagian besar negara-negara Afrika di sekitarnya secara umum.
Kebangkitan kerajaan ini disebabkan oleh keterampilan organisasi dan administratif masyarakat Yoruba yang mengesankan. Keterampilan ini membawa kesuksesan besar dalam perdagangan karena Oyo merupakan pusat perdagangan Trans-Sahara.
Kerajaan ini mengkhususkan diri dalam perdagangan garam, kulit, kacang kola, gading, kain, dan budak. Namun komoditasnya yang paling terkenal adalah kudanya yang unggul. Pengrajin Yoruba di metropolitan Oyo juga terkenal karena keahliannya, terutama dalam bidang besi.
Semua perdagangan ini membuat Kerajaan Oyo menjadi kaya. Kekayaan ini dikonsolidasikan oleh pajak yang dikenakan pada anak-anak sungai. Misalnya, satu anak sungai saja, Kerajaan Dahomey, menghasilkan sekitar satu juta dolar AS per tahun. Jadi, untuk apa Oyo menghabiskan semua uangnya? Tentu saja militer.
Penunggang kuda Oyo: unit militer terbesar dalam sejarah Afrika
Kerajaan Oyo memperoleh sebagian besar pendapatannya dari mengenakan pajak pada anak-anak sungainya. Oleh karena itu, kerajaan perlu terus mengerahkan pasukan yang kuat.
Kerajaan menikmati pertanian yang lebih mudah, yang berarti pertumbuhan populasi yang stabil. Pertumbuhan populasi yang stabil mempermudah penempatan pasukan dalam jumlah besar secara konsisten.
Kerajaan Oyo juga memiliki tradisi militer dan menerapkan pendekatan hidup-mati dalam konflik. Selain profesionalisme dan kehormatan para perwiranya, pasukan Oyo terkenal akan keganasannya. Kemenangan itu wajib, kekalahan berarti bunuh diri.
Dan permata utama militer adalah kavalerinya. Keuntungan terbesar yang dimiliki penunggang kuda Oyo adalah sebagian besar musuh mereka tidak memiliki kavaleri. Kavaleri memberikan kecepatan dan mobilitas yang jauh lebih besar yang tidak tertandingi oleh kekuatan lain di Afrika Barat.
Para pemimpin militer mengetahui bahwa tentara lain takut terhadap para penunggang kuda dan dengan bijak memanfaatkan mereka.
Para penunggang kuda Oyo dikenal karena pakaian tempur mereka yang rumit dan mengesankan. Seragamnya terdiri dari jubah dan hiasan kepala berwarna cerah.
“Sedangkan kudanya dihiasi bulu dan barang dekoratif lainnya,” tambah Mitchell. Hal ini membuat mereka menjadi tontonan visual yang menakjubkan. Pemandangan para penunggang kuda Oyo yang menyerbu ke medan perang dikatakan sangat menakutkan sekaligus menakjubkan.
Visual ini didukung oleh persenjataan mereka. Para penunggang kuda biasanya dilengkapi dengan tombak, pedang, dan perisai. Tanpa kudanya, para penunggang kuda tidak akan banyak berguna sehingga kuda-kuda tersebut memiliki lapis baja yang berat.
Para penunggang kuda Oyo terlibat dalam banyak pertempuran besar yang dilakukan oleh Kerajaan Oyo. Reputasi mereka sebagai pejuang yang terampil dan menakutkan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Dikenal karena keberanian dan kegigihannya, para penunggang kuda memainkan peran utama dalam sebagian besar keberhasilan militer Oyo. Penunggang Kuda Oyo dianggap sebagai tulang punggung tentara Oyo. Kontribusi mereka terhadap keberhasilan militer Kerajaan Oyo tidak dapat dilebih-lebihkan.
Kelemahan penunggang kuda Oyo
Kavaleri Oyo memang bengis dan menakutkan. Namun tidak berarti bahwa penunggang kuda Oyo tidak terkalahkan. Mereka memiliki kelemahan yang sama dengan kavaleri kerajaan lain. Dapat juga dikatakan bahwa militer Oyo terkadang terlalu bergantung pada penunggang kuda, sehingga memperlambat evolusi militer Oyo.
Misalnya ketika perang Dahomey yang dimulai pada tahun 1728. Saat itu Kerajaan Oyo menginvasi Kerajaan Dahomey (yang semakin menjadi ancaman bagi Oyo). Di atas kertas, kemenangan ini tampak seperti kemenangan mudah bagi Oyo. Mereka menyerbu ke arah selatan sejak awal tahun 1682. Dan Dahomey tidak melakukan banyak perlawanan terhadap penunggang kuda Oyo yang menakutkan.
Dahomey tidak memiliki kavaleri, yang membuat Oyo terlalu percaya diri. “Namun yang mereka miliki hanyalah senjata, sesuatu yang belum dikembangkan oleh Oyo,” ujar Mitchell.
Kuda-kuda kavaleri Oyo tidak terbiasa dengan suara tembakan. Setiap kali prajurit Dahomey menembak, suaranya membuat kuda-kuda ketakutan dan mencegah serangan mematikan mereka. Tentara Dahomey juga membangun benteng khusus seperti parit yang menghentikan penunggang kuda Oyo. Hal ini memaksa Oyo menggunakan infanteri mereka.
Meskipun Oyo akhirnya berhasil, pertempuran yang terjadi jauh lebih sulit dari yang mereka perkirakan. Mereka terpaksa mengandalkan bala bantuan untuk pertama kalinya dalam beberapa abad. Kerajaan Oyo memerlukan 11 invasi hingga Kerajaan Dahomey akhirnya ditaklukkan sepenuhnya pada tahun 1748.
Baru pada abad ke-19 militer Oyo mulai mengadopsi senjata. Sementara itu, mereka terus menggunakan kavaleri mereka untuk memukul mundur tetangga mereka. Mereka melakukan penaklukan dalam jarak yang jauh. Sayangnya, penolakan mereka untuk berkembang seiring waktu dapat dikatakan sebagai titik kelemahan militer yang kuat dalam sejarah Afrika.
Warisan penunggang kuda Oyo berlanjut hingga hari ini. Mereka dikenang sebagai salah satu kekuatan militer terbesar dalam sejarah Afrika. Warisan mereka menghasilkan karya Death and the King’s Horseman. Karya ini merupakan drama terkenal berdasarkan peristiwa nyata dalam sejarah Nigeria pada masa pemerintahan kolonial Inggris.