Apa yang Terjadi Saat Hewan Mengalami Gerhana Matahari Total?

By Sysilia Tanhati, Minggu, 7 April 2024 | 07:00 WIB
Selama berabad-abad, ilmuwan memperhatikan bahwa berbagai hewan tampaknya mengubah perilakunya sebagai respons terhadap gerhana. (Lutfar Rahman Nirjhar/CC BY 3.0)

Pemburu gerhana dan penulis Dave Balch berada di Kona, Hawaii, untuk menyaksikan gerhana total tahun 1991. Ia memperhatikan aktivitas yang menggembirakan di antara burung-burung di sepanjang dermaga selama fase parsial sebelum dan sesudah totalitas.

“Kami hampir tidak bisa mendengar satu sama lain berbicara! Lalu muncullah totalitas—bukan suara. Suasananya sangat sunyi. Perbedaan antara tingkat kebisingan sebelum dan selama totalitas sangat menakjubkan,” ungkap Balch.

Sedangkan pemburu gerhana Tora Greve sedang melakukan ekspedisi ke Zambia pada tahun 2001. Saat itu dia menyadari bahwa, saat matahari menghilang, katak mulai mengeluarkan suara dan burung pemangsa berhenti berputar-putar. Hal ini mungkin terjadi karena terhadap perubahan termal saat udara mendingin.

Di sekitar lubang air tempat dia berdiri, jerapah mulai berlarian ke mana-mana. Saat matahari kembali terbit, mereka berhenti dan mulai merumput di pepohonan lagi.

Bagaimana para ilmuwan mempelajari hewan saat gerhana

Mengumpulkan data ilmiah mengenai reaksi hewan terhadap gerhana matahari total adalah hal yang sulit. Jalur gerhana tersebar di seluruh dunia dan banyak yang hanya terlihat dari daerah terpencil. Hal ini mempersulit perolehan lebih dari beberapa titik data per peristiwa.

“Jika Anda benar-benar ingin mempelajari perilaku secara komprehensif, Anda harus menghabiskan banyak waktu di lapangan untuk mengamati. Anda juga harus menerapkan protokol yang ketat,” kata ahli ekologi Rebecca Johnson di California Academy of Sciences.

“Jika Anda seorang ahli ekologi perilaku hewan yang ingin mempelajari dampak gerhana matahari, hal ini hampir mustahil dilakukan,” tambah Johnson lagi.

Untuk mendukung catatan ilmiah, Johnson membantu menciptakan proyek Life Responds. Proyek ini menciptakan aplikasi gawai yang disebut iNaturalist. Tim ahli biologi dan astronomnya menggunakan aplikasi tersebut untuk mengumpulkan data dari jutaan orang yang menyaksikan gerhana total tahun 2017. Dan mereka melanjutkannya lagi pada tahun ini.

“Kami menciptakan proyek ini yang dengan sederhana meminta orang-orang di mana pun mereka berada untuk mengamati hewan. Mengamati perilaku hewan sebelum, selama, dan setelah gerhana. Ini berlaku bagi mereka sedang mengalami gerhana total atau sebagian,” kata Johnson.

Pada tahun 2024, NASA meluncurkan proyek sains warganya sendiri, Eclipse Soundscapes. Proyek ini berfokus pada mempelajari bagaimana jangkrik merespons gerhana. Siapa pun dapat berpartisipasi dengan merekam data, menganalisis audio, atau mengirimkan pengamatannya sendiri.

Namun pada akhirnya, gerhana matahari total jarang terjadi. Menurut NASA, gerhana total akan terjadi di suatu tempat di Bumi rata-rata hanya sekali setiap 375 tahun. Jika seekor hewan kebetulan berada di jalur totalitas, kemungkinan besar ia tidak akan pernah mengalami totalitas lagi seumur hidupnya.

Akibatnya, memahami bagaimana hewan bereaksi terhadap fenomena ini tidak berdampak pada kehidupan sehari-hari. Namun mempelajari bagaimana makhluk merespons totalitas memang memuaskan keingintahuan tersendiri bagi para pengamat gerhana.

“Ada hal mendasar dalam menjadi manusia ketika kita ingin menjawab pertanyaan tentang hal-hal menakjubkan,” kata Hartstone-Rose. “Jadi itulah mengapa ini sangat penting.”