Nationalgeographic.co.id - Selama beberapa menit pada tanggal 8 April 2024, kegelapan akan turun di seluruh Amerika Utara. Saat itu, gerhana matahari total yang bersejarah melintasi sebagian Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Jutaan orang tinggal di jalur totalitas dan jutaan lainnya diperkirakan melakukan perjalanan untuk melihat bulan menutupi matahari. “Banyak orang mungkin mengalami respons psikologis ekstrem yang cenderung dipicu oleh fenomena menakjubkan ini pada manusia,” tulis Andrew Fazekas di laman National Geographic.
Namun menurut ahli biologi dan pemburu gerhana, bukan hanya manusia yang bereaksi terhadap perubahan dramatis di langit.
Selama gerhana total, langit menjadi gelap hingga senja dan suhu udara turun. Selama berabad-abad, ilmuwan memperhatikan bahwa berbagai hewan tampaknya mengubah perilakunya sebagai respons terhadap gerhana.
Peradaban manusia zaman dahulu melihat gerhana sebagai sebuah pertanda dan sering kali, membawa firasat buruk dan implikasi yang menakutkan. Saat ini, para pengamat gerhana melaporkan perasaan kagum dan terhubung yang mendalam. Namun manusia tidak menyaksikan gerhana sendirian. Sebagian orang mungkin pergi ke luar bersama anjingnya atau menontonnya bersama burung liar, jangkrik, katak, atau semut.
Apa yang terjadi ketika siang berganti malam?
Laporan tentang reaksi hewan yang tidak biasa terhadap gerhana matahari sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Salah satu cerita paling awal datang dari biksu Italia Ristoro d'Arezzo. Ia menggambarkan apa yang terjadi saat gerhana total pada tanggal 3 Juni 1239.
“Saat matahari menghilang dan langit menjadi gelap, semua hewan dan burung ketakutan. Saat itu, hewan buas bisa dengan mudah ditangkap,” tulisnya.
Selama gerhana yang terlihat di Portugal pada 21 Agustus 1560, astronom Christoph Clavius juga meninggalkan catatan. Menurutnya, selama gerhana total itu bintang-bintang muncul di langit dan burung-burung berjatuhan dari langit ke tanah. Burung-burung itu ketakutan akan kegelapan yang begitu mengerikan.
Meskipun sulit untuk mengonfirmasi anekdot sejarah yang berwarna-warni, astronom modern dan pemburu gerhana juga melaporkan hal serupa. Menurut mereka, hewan liar dan peliharaan bereaksi secara nyata terhadap gerhana. Sapi perah kembali ke kandang, jangkrik mulai berkicau, burung bertengger atau menjadi lebih aktif, dan paus menjadi lebih aktif di laut.
Pemburu gerhana veteran Peter den Hartog melakukan perjalanan ke Hungaria pada tahun 1999 untuk mengalami gerhana total. Dia ingat melihat berbagai spesies burung dan kelelawar tiba-tiba muncul selama gerhana total.
“Apakah karena intensitas cahaya, atau lalat dan nyamuk yang keluar. Saya tidak yakin, tapi yang pasti saya mengalami lebih banyak aktivitas selama gerhana,” kata Hartog.
Pemburu gerhana dan penulis Dave Balch berada di Kona, Hawaii, untuk menyaksikan gerhana total tahun 1991. Ia memperhatikan aktivitas yang menggembirakan di antara burung-burung di sepanjang dermaga selama fase parsial sebelum dan sesudah totalitas.
“Kami hampir tidak bisa mendengar satu sama lain berbicara! Lalu muncullah totalitas—bukan suara. Suasananya sangat sunyi. Perbedaan antara tingkat kebisingan sebelum dan selama totalitas sangat menakjubkan,” ungkap Balch.
Sedangkan pemburu gerhana Tora Greve sedang melakukan ekspedisi ke Zambia pada tahun 2001. Saat itu dia menyadari bahwa, saat matahari menghilang, katak mulai mengeluarkan suara dan burung pemangsa berhenti berputar-putar. Hal ini mungkin terjadi karena terhadap perubahan termal saat udara mendingin.
Di sekitar lubang air tempat dia berdiri, jerapah mulai berlarian ke mana-mana. Saat matahari kembali terbit, mereka berhenti dan mulai merumput di pepohonan lagi.
Bagaimana para ilmuwan mempelajari hewan saat gerhana
Mengumpulkan data ilmiah mengenai reaksi hewan terhadap gerhana matahari total adalah hal yang sulit. Jalur gerhana tersebar di seluruh dunia dan banyak yang hanya terlihat dari daerah terpencil. Hal ini mempersulit perolehan lebih dari beberapa titik data per peristiwa.
“Jika Anda benar-benar ingin mempelajari perilaku secara komprehensif, Anda harus menghabiskan banyak waktu di lapangan untuk mengamati. Anda juga harus menerapkan protokol yang ketat,” kata ahli ekologi Rebecca Johnson di California Academy of Sciences.
“Jika Anda seorang ahli ekologi perilaku hewan yang ingin mempelajari dampak gerhana matahari, hal ini hampir mustahil dilakukan,” tambah Johnson lagi.
Untuk mendukung catatan ilmiah, Johnson membantu menciptakan proyek Life Responds. Proyek ini menciptakan aplikasi gawai yang disebut iNaturalist. Tim ahli biologi dan astronomnya menggunakan aplikasi tersebut untuk mengumpulkan data dari jutaan orang yang menyaksikan gerhana total tahun 2017. Dan mereka melanjutkannya lagi pada tahun ini.
“Kami menciptakan proyek ini yang dengan sederhana meminta orang-orang di mana pun mereka berada untuk mengamati hewan. Mengamati perilaku hewan sebelum, selama, dan setelah gerhana. Ini berlaku bagi mereka sedang mengalami gerhana total atau sebagian,” kata Johnson.
Pada tahun 2024, NASA meluncurkan proyek sains warganya sendiri, Eclipse Soundscapes. Proyek ini berfokus pada mempelajari bagaimana jangkrik merespons gerhana. Siapa pun dapat berpartisipasi dengan merekam data, menganalisis audio, atau mengirimkan pengamatannya sendiri.
Namun pada akhirnya, gerhana matahari total jarang terjadi. Menurut NASA, gerhana total akan terjadi di suatu tempat di Bumi rata-rata hanya sekali setiap 375 tahun. Jika seekor hewan kebetulan berada di jalur totalitas, kemungkinan besar ia tidak akan pernah mengalami totalitas lagi seumur hidupnya.
Akibatnya, memahami bagaimana hewan bereaksi terhadap fenomena ini tidak berdampak pada kehidupan sehari-hari. Namun mempelajari bagaimana makhluk merespons totalitas memang memuaskan keingintahuan tersendiri bagi para pengamat gerhana.
“Ada hal mendasar dalam menjadi manusia ketika kita ingin menjawab pertanyaan tentang hal-hal menakjubkan,” kata Hartstone-Rose. “Jadi itulah mengapa ini sangat penting.”