Nationalgeographic.co.id—“Oh, kahk, ahli kemurahan hati, kami tidak akan pernah berhenti membuatmu,” tulis mendiang penyair legendaris Mesir Fouad Hadad pada tahun 1960-an. Seniman itu dengan jelas dan artistik menggambarkan bagaimana kahk (kue tradisional Mesir) yang lezat dibuat dan disajikan.
Kahk adalah kue tradisional Mesir yang umumnya dipanggang menjelang Idulfitri. Kue ini luar biasa lezatnya dengan remah yang halus, tekstur meleleh di mulut, dan aromatik.
Apapun status sosialnya, hampir semua rumah di Mesir merayakan hari pertama Idulfitri dengan menikmati kahk dengan teh dan susu. Menyajikan kahk adalah tradisi berumur panjang yang mengharukan dalam budaya Mesir.
Namun kahk tidak hanya dinikmati oleh umat Islam saat perayaan. Sajian ini juga ditemukan di meja umat Kristen Koptik saat Natal pada tanggal 7 Januari. “Konon ritual ini diyakini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu,” tulis Thaer Mansour di laman The New Arab.
Asal-usul Kahk dalam sejarah Mesir kuno
Sejarawan percaya bahwa kebiasaan ini berasal dari zaman Firaun ketika istri raja mempersembahkannya kepada pendeta kuno.
“Bentuk kue ditemukan tertulis di makam para bangsawan di Thebes dan Memphis seperti makam Nakht-Rakhmki Ra,” kata pakar sejarah firaun Hussein Abdel-Bassier.
“Orang Mesir kuno juga menyajikan kue berbentuk lingkaran yang diisi dengan kismis atau madu selama pesta keagamaan dan perayaan. Resepnya ditemukan dalam transkrip kuno,” tambahnya.
Setelah itu, sepanjang masa pemerintahan berbagai dinasti Islam, kahk adalah salah satu tradisi yang berkontribusi terhadap identitas Mesir.
Dinasti Tulunid menciptakan bungkusan kecil yang digulung yang disebut kul wushkur (makan dan ucapkan terima kasih). Hal ini dikaitkan dengan Idulfitri pada masa Dinasti Ikhshidid yang memerintah Mesir dan Levant dari tahun 935 hingga 969.
Dinasti Fatimiyah secara khusus mengadopsinya dalam upaya untuk lebih dekat dengan masyarakat Mesir. Mereka menugaskan pembuat roti khusus untuk membuatnya.
Pada tahun 1124 M, kekhalifahan Fatimiyah Al-Aziz di Mesir mengalokasikan 20.000 dinar untuk membuat kahk untuk Idulfitri. Menurut catatan lain, meja pesta itu panjangnya 1.350 meter, dan di atasnya disajikan berbagai jenis kahk.
Saat itu, toko roti pertama didirikan hanya untuk pembuatan kahk setiap Idulfitri.
Kahk dulu dan sekarang
Dalam sejarah modern, selama 10 hari terakhir bulan Ramadan, ibu, nenek, dan anak-anak di Mesir berkumpul untuk membuat kahk. Masing-masing anggota keluarga diberi tugas. Tidak hanya kahk, kudapan khas Idulfitri lainnya juga disiapkan.
Ada yang menguleni sementara yang lain memotong adonan menjadi potongan-potongan kecil. Ada yang bertugas mengisinya dengan malban, kacang-kacangan, dan terkadang kurma. Sedangkan jenis lainnya dibiarkan polos dan tidak diisi.
Taburan dan ciri khas sebagian besar jenis kahk tradisional, kecuali yang diisi kurma, adalah gula halus.
Bumbu kahk adalah campuran rempah-rempah berbeda yang ditambahkan ke bahan-bahannya. Campuran rempah itu memberikan rasa khasnya, yang dikenal sebagai reehet el-kahk (sari kahk). Anda bisa menemukan bumbu tersebut di toko kelontong dan toko bumbu di Mesir.
Kahk biasanya dihias sebelum dipanggang dalam berbagai bentuk di atas potongan berbentuk bulat. Anak perempuan dalam keluarga Mesir mengambil sebagian adonan dan membuat bentuk boneka untuk dipanggang bersama sisanya.
Resepnya sebagian besar sama untuk kahk konvensional dengan sedikit sentuhan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Namun, selama bertahun-tahun, kebiasaan membeli kahk yang sudah jadi masih terus terjadi. Biasanya ini dilakukan oleh generasi muda dan perempuan pekerja yang tidak dapat meluangkan waktunya untuk membuat kue.
Salah satu kudapan penting lainnya selama Idulfitri adalah ghorayeba yang lezat dan populer. Kue berbentuk bulat kekuningan ini disajikan polos atau dengan kacang di atasnya. Di sisi lain, jenis kue dari timur telah ditambahkan ke daftar kahk El-Ei'd seperti biskuit, petit fours, dan keping coklat.
Harga kahk dan jenis kue lainnya tergantung pada kualitas bahan dan reputasi toko kue atau toko roti dengan kilonya sekitar Rp56.000.
Desain yang dicap pada kahk bisa rumit dan menjadi kebanggaan bagi keluarga Mesir. Cetakan kahk, biasanya terbuat dari kayu atau keramik, sering kali diturunkan dari generasi ke generasi.
Keluarga biasanya saling bertukar kahk sebagai hadiah. Tradisi ini pun menjadi kompetisi informal persahabatan mengenai kahk mana yang terbaik.