Mengapa Mesopotamia Disebut sebagai Tempat Lahirnya Peradaban?

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 13 April 2024 | 14:00 WIB
Sekitar 4500 SM manusia menetap di Mesopotamia. Dalam beberapa abad, bangsa Sumeria mengembangkan apa yang sekarang kita sebut sebagai tempat lahirnya peradaban. (Michel wal/CC BY-SA 3.0)

Nationalgeographic.co.id—Sumeria, sebagai tempat lahirnya peradaban, sama sekali tidak diketahui sampai rahasia-rahasianya terkuak dari pasir gurun. Pada paruh kedua abad ke-19, para arkeolog Prancis dan Inggris melakukan perjalanan ke tempat yang sekarang disebut Irak. Mereka berencana untuk berburu temuan dari zaman Asiria. Secara kebetulan, mereka menemukan peradaban yang jauh lebih tua.

Hingga saat itu, sejumlah besar lumpur yang dibawa Sungai Eufrat dan Tigris berhasil menghapus dan menyembunyikan jejak masa lalu. Ketika sisa-sisa Sumeria digali dan diberi tanggal, sejarah yang diketahui manusia saat itu pun makin diperluas secara radikal.

Lokasi tempat lahirnya peradaban

Dari sudut pandang alam, Mesopotamia sebagian besar merupakan lanskap datar, dengan dataran pasir yang luas dan vegetasi yang jarang. Terdapat lanskap rawa di bawah menuju Teluk Persia, tempat air laut berangsur-angsur surut sejak zaman es terakhir. Iklim gurun menentukan cuaca. Curah hujan bersifat sporadis, panasnya tak tertahankan pada siang hari, dan bisa sangat dingin pada musim dingin dan malam hari.

Meski jarang turun hujan, wilayah inti peradaban Sumeria terus dilanda banjir dahsyat yang disebabkan oleh Sungai Eufrat dan Tigris. Karena lanskap datar yang mengarah ke laut tercipta dari lumpur dan pasir, tidak ada batu yang dapat digunakan untuk membangunnya. Juga tidak tumbuh pohon yang dapat digunakan untuk membuat rumah atau perahu.

Salah satu alasan utama mengapa Mesopotamia menjadi tempat lahirnya peradaban adalah lokasinya. Wilayah ini terletak di antara Sungai Tigris dan Efrat, menyediakan sumber air yang konstan. Sungai juga memfasilitasi perdagangan dan transportasi. “Hal ini memudahkan masyarakat melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,” tulis Kristoffer Uggerud di laman The Collector.

Kedua sungai besar tersebut membentuk suatu sistem yang menciptakan kondisi yang tepat untuk dikembangkannya irigasi buatan dalam skala besar. Selain itu, sungai-sungai menciptakan peluang unik untuk transportasi melalui air.

Sejarah peradaban Sumeria

Sekitar tahun 3500 SM, bangsa Sumeria mendirikan sebuah masyarakat yang menciptakan sejarah dunia. Bangsa Sumeria menyebut diri mereka “orang-orang berkepala hitam”. Wilayah mereka berarti “tanah orang-orang berkepala hitam”. Sumeria mempunyai penduduk yang beragam etnis. Oleh karena itu, sejarah Sumeria bukan tentang sejarah suatu bangsa, melainkan tentang sejarah suatu daerah.

Peradaban Sumeria merupakan masyarakat pertama dalam sejarah yang mampu memaksa kekuatan alam menjadi “pelayan masyarakat”. Sumeria mengembangkan sistem irigasi buatan yang menjadikan tanahnya begitu subur. Lewat sungai, tanah pun mampu memberi makan beberapa negara kota dengan populasi yang terus bertambah. Hal ini pada akhirnya mengarah pada revolusi perkotaan yang memungkinkan mayoritas penduduk dunia tinggal di kota. Ur, Eridu, dan Uruk diperkirakan memiliki populasi lebih dari 50.000 jiwa pada 5.000 tahun yang lalu.

Tanah liat sebagai sumber daya dan media catat

Akhirnya, bangsa Sumeria menemukan manfaat dari dataran sungai. Mereka memiliki akses tak terbatas ke sumber daya yang mempunyai arti penting dalam sejarah dunia. Tanah liat menjadi sumber daya penting bagi Sumeria. Tanah liat ini menjadi bahan bangunan kuil dan media seni menulis yang pertama.