Mengapa Mesopotamia Disebut sebagai Tempat Lahirnya Peradaban?

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 13 April 2024 | 14:00 WIB
Sekitar 4500 SM manusia menetap di Mesopotamia. Dalam beberapa abad, bangsa Sumeria mengembangkan apa yang sekarang kita sebut sebagai tempat lahirnya peradaban. (Michel wal/CC BY-SA 3.0)

Pada saat yang sama, Sumeria mungkin tampak sebagai masyarakat yang menghilang dari sejarah karena alam mengambil alih kendalinya. Disepakati secara luas bahwa peradaban Sumeria, yang telah ada sekitar tahun 4000 hingga 2000 SM, runtuh atau hilang. Kejatuhannya itu diikuti oleh pembentukan kerajaan lainnya di Mesopotamia.

Penjelasan yang lambat laun mendapat dukungan terbesar adalah bahwa peradaban Sumeria mengalami kemunduran karena produktivitas pertanian berangsur-angsur menurun.

Karena Sungai Efrat dan Tigris membawa air dari pencairan salju di pegunungan Turki. Sungai tersebut mengandung garam terlarut dalam konsentrasi tinggi. Selama ribuan tahun, garam di air tanah telah terangkat ke permukaan melalui akar tanaman. Garam tambahan datang bersama angin dari Teluk Persia. Semakin banyak irigasi menyebabkan semakin banyak garam di dalam tanah. Seiring berjalannya waktu, hal ini tidak dapat dihindari dan menghancurkan bumi. Inovasi revolusioner Sumeria, sistem irigasi, adalah benih dari kemunduran peradabannya secara perlahan dan akhirnya runtuh.

Warisan tempat lahirnya peradaban

Warisan Mesopotamia jauh melampaui kawasan itu sendiri. Inovasi dan pencapaian bangsa Sumeria sangat berdampak pada masyarakat di kemudian hari, sehingga membentuk jalannya sejarah manusia.

Jika kita menengok ke belakang, tempat lahirnya peradaban terus menginspirasi dan membuat kita terpesona saat ini. Inovasi dan pencapaian bangsa Sumeria mengingatkan kita akan potensi luar biasa dari kecerdikan dan kreativitas manusia serta kekuatan abadi peradaban manusia.