Fakta Menarik saat Dinasti Ming Berkuasa di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 26 April 2024 | 07:00 WIB
Kekaisaran Tiongkok memiliki sejarah menarik selama ribuan tahun berkuasa. Salah satunya adalah selama pemerintahan Dinasti Ming. (JLB1988)

Di Kekaisaran Tiongkok, uang kertas diperkenalkan pada masa Dinasti Tang (abad ke-7) dan Song (abad ke-11). Namun, pada pertengahan era Ming, ketidakstabilan mata uang kertas menyebabkan mata uang tersebut digantikan oleh koin. Koin dicetak dari perak yang diimpor dari Spanyol dan Jepang.

Pada tahun 1639, perselisihan perdagangan di Hiroshima dan konflik diplomatik dengan Spanyol memutus pasokan perak Tiongkok. Penurunan impor memicu penimbunan, yang memperburuk krisis dan membuat para penguasa dinasti terguncang.

Laksamana dan navigator terhebat Dinasti Ming berlayar hingga ke Afrika

50 tahun sebelum penjelajah Portugis Vasco da Gama berlayar mengelilingi Tanjung Harapan dan pantai timur Afrika, Kekaisaran Tiongkok sudah melakukannya lebih dulu.

Zheng He merupakan penasihat tepercaya Kaisar Yongle di era Dinasti Ming. Setelah pelindungnya naik takhta, dia ditugaskan di korps kasim Kota Terlarang sebelum dipromosikan menjadi laksamana.

Antara tahun 1405 dan 1433, tujuh ekspedisi maritim Zheng He, yang mencakup 62 kapal dan 27.800 orang, menempuh rute perdagangan. Rute itu melalui Asia Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika Timur. Sekitar 36 kerajaan setuju untuk membentuk hubungan upeti dengan Kekaisaran Tiongkok.

Namun setelah kematian Kaisar Yongle, rezim baru mengakhiri ekspedisi mahal tersebut.

Porselen bercat biru-putih Dinasti Ming menjadi salah satu tren global pertama

Di Jingdezhen, pembuat tembikar menggunakan tanah liat lokal dan kobalt Persia untuk membuat porseling Ming. Porselen ini dengan cepat menjadi populer, bahkan hingga ke luar Kekaisaran Tiongkok.

Pola tradisional seperti motif awan naga pada tembikar, sebagian dirancang untuk diekspor ke dunia Arab dan Eropa. Ketika Vasco da Gama berlayar ke Kekaisaran Tiongkok pada tahun 1497, Raja Manuel I dari Portugal memerintahkannya untuk membawa kembali dua komoditas berharga. Keduanya adalah rempah-rempah dan porselen. 2 tahun kemudian, da Gama kembali, setelah kehilangan separuh anak buahnya. Ia membawa selusin barang pecah belah.

Jingdezhen, khususnya, bertahan lebih lama dari Dinasti Ming sebagai produsen keramik dunia. Pada abad ke-18, kota ini memiliki 100.000 pekerja. Kesempurnaan teknik pembuatan porselen di Jingdezhen menjadi begitu terspesialisasi. Satu porselen harus melalui tangan 70 pekerja sebelum dianggap selesai (Public Domain)

Selama kekacauan setelah keruntuhan Dinasti Ming, ekspor ke Eropa terhenti. Hal ini pun memacu produksi Delftware, porselen biru-putih bergaya Tiongkok yang dibuat di Belanda.