Han Siong Kong memiliki tujuh anak, terang Yeremia. Dua anak mereka, Han Tjoe Kong dan Han Kieng Kong menetap di Lasem. Tiga lainnya punya kedudukan penting dalam sejarah, seperti Han Tjien Kong, Han Hing Kong, dan Han Bwee Sing (Han Bwee Kho/Han Bwee Kong).
Ketika Yeremia menyambangi Rumah Abu Keluarga Han di Surabaya, dia bertemu dengan Robert Rosihan, pewaris bangunan tersebut. Disebutkan bahwa ada Han Tjien Kong dan Han Bwee Kong punya peranan besar dalam sejarah.
Han Tjien Kong menjadi orang pertama dari keluarganya yang memeluk Islam. Dia lahir di Rajegwesi pada 1720 dan wafat pada 1776. Ketika menginjak usia dewasa, setelah mualaf, Han Tjien Kong mendapat gelar Ingabehi Raden Rangga Soero Prenollo dengan nama lain Muchsin.
"Setelah kematian ayahandanya, dari Lasem ia berpindah ke ke wilayah Ooesthoek Java (sudut timur), yaitu di Besuki. Kemudian dari Besuki dipindahkan (oleh VOC) ke Panarukan," terang Yeremia. Tokoh ini menjadi orang kepercayaan pejabat tinggi VOC, Hendrik Bretton.
Sementara, adik dari Raden Rangga Soero Prenollo yang lebih dikenal dengan Han Bwee Kong menjadi Kapiten Tionghoa di Surabaya. Dia lahir di Rajegwesi pada 1727 dan wafat di Pasar Bong, Bongkaran, Surabaya.
"Kedua anak dari Han Siong Kong inilah yang kemudian melahirkan keluarga opsir-opsir Tionghoa peranakan di Jawa yang memainkan peranan besar dari abad ke-18 hingga abad ke-19 di Jawa, khususnya di Jawa Timur," terang Yeremia.
Kakak-Adik Han Tjien Kong dan Han Bwee Kong
Ada satu mitos lagi yang sangat terkenal tentang keluarga Han dari Lasem. Disebutkan bahwa seorang anggota keluarga bernama Han Wee Sing mengutuk keluarganya. Kutukan ini disebabkan dua putranya yang menghamburkan harta dan uang mendiang ayahnya.
"Bahkan, kisah itu juga mengisahkan bahwa uang dari para pelayat yang melayat ke rumah duka sendiri dipakai sampai habis di atas meja judi oleh kedua putra Han We Sing sendiri," terang Yeremia. Kedua putra itu bernama Han Te Su dan Han Te Ngo.
Yeremia berpendapat bahwa kisah ini merujuk pada Han Siong Kong dan kedua putranya yang sangat penting: Han Tjien Kong dan Han Bwee Kong. "Karena klop sekali dengan cerita yang saya dapat dari informan, owner rumah abu keluarga Han di Surabaya," jelasnya.
Baca Juga: Jagad Phoenix Lasem di Pekan Kebudayaan Nasional, Siap Mendunia!