Mayor Tionghoa Keturunan Han Bwee Kong
Sebagai opsir Tionghoa, Han Bwee Kong meninggalkan jejak warisan bersejarah di Surabaya, termasuk rumah keluarga Han di Surabaya. Ketika kakaknya wafat, Han Bwee Kong memberikan lokasi di sekitar Pasar Bong sebagai makamnya. Berikutnya, ketika Han Bwee Kong wafat, dirinya dimakamkan dekat dengan makam kakaknya.
Kedua anak Han Bwee Kong, yakni Han Chan Piet dan Han Kik Ko menjadi Mayor Tionghoa. Han Chan Piet sempat menjadi wakil ayahnya dengan gelar Letnan. Kemudian menggantikan ayahnya yang wafat sebagai Kapitan Cina Surabaya. Posisi itu dirangkap pada 1796 dengan menjadi Pachter seumur hidup untuk Besuki dan Panarukan oleh VOC.
Sedangkan Han Kik Ko menjadi tuan tanah di berbagai wilayah di Jawa Timur, termasuk pinggiran Surabaya. Dia juga menjadi pelopor industri gula Jawa Timur. Han Kik Ko pun sempat menjadi Mayor Tionghoa dan Bupati Probolinggo dengan gelar Temenggung.
Han Kik Ko wafat pada 1813, ketika menjamu pejabat kolonial Inggris. Kala itu, pemeberontakan menentang Inggris di bawah pemerintahan Stamford Raffles merangsek ke tanah kekuasaan Han Kik Ko. Han terbunuh dalam pemberontakan itu, bersama tamu-tamunya.
Keturunan Keluarga Han Muslim dari Han Tjien Kong
Han Tjien Kong memiliki beberapa anak yang kelak menjadi tokoh pembesar Islam selama periode VOC dan kolonialisme Hindia Belanda. Kebanyakan keturunan marga Han yang beragam muslim lebih banyak tinggal di sepanjang pesisir utara Jawa Timur seperti dari Sidoarjo, Bangil, Tuban, Gresik, Surabaya, hingga Banyuwangi.
Anak-anak Han Tjien Kong punya posisi penting sebagai pembesar politik dan agama Islam. Misalnya, Babah Sam atau Han Sam Kong yang masuk ke dunia pemerintahan sejak 1772 oleh VOC. Nama Jawanya adalah Soemodiwirjo. Kedudukan jabatan politik ini diperbantukan oleh pamannya, Han Bwee Kong yang menjadi Kapitan Cina Surabaya.
Pada 1788, Han Sam Kong dianugerahi gelar Tumanggung Soero Adinegoro. Kelak, ia menjadi Adipati dan bupati Malang pada 1809 oleh Hermann Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Beriktunya juga ada Kyai Soero Adi Wikromo. Putra Han Tjien Kong ini menjadi Ronggo Besuki yang kemudian menjadi Bupati Puger. Dia mengadakan sensus penduduk Puger sebagai upaya penarikan pajak. Pada 1798, Soero Adi Wikromo berpindah tugas ke Besuki hingga wafat pada 1801.