Peradaban Tertua di Dunia, Benarkah Kini Tak Lagi 'Dimiliki' Irak?

By Ade S, Rabu, 1 Mei 2024 | 16:03 WIB
Kuil Ziggurat di Ur merupakan kuil menjulang oleh masyarakat sejarah Mesopotamia. Gelar 'peradaban tertua di dunia' yang selama ini dipegang Irak kini dipertanyakan. Penemuan baru tunjukkan pesaing kuat dari Mesir dan Lembah Indus. (Hardnfast)

Nationalgeographic.co.id— Di antara perputaran roda sejarah, berbagai peradaban telah mewarnai perjalanan manusia.

Muncul, berkembang, dan tak jarang tenggelam ditelan waktu.

Pertanyaannya, manakah peradaban tertua yang pernah tercatat?

Jawabannya selama ini mengarah pada Bangsa Sumeria di Mesopotamia, yang kini dikenal sebagai Irak.

Gelar "peradaban tertua di dunia" disematkan kepada mereka atas pencapaian luar biasa dalam membangun kota, sistem irigasi, dan penciptaan tulisan.

Namun, penemuan-penemuan baru dalam beberapa dekade terakhir mulai menggoyahkan dominasi Irak.

Bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa Mesir kuno dan peradaban Lembah Indus memiliki usia yang tak terpaut jauh dengan Sumeria.

Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang penemuan-penemuan tersebut dan bagaimana hal ini menantang status Irak sebagai pemilik peradaban tertua di dunia.

Urbanisme dan Status Bangsa Sumeria

Definisi tentang apa yang dimaksud dengan "peradaban" sendiri masih simpang siur.

Namun, melansir Live Science, sebuah peradaban harus mencapai beberapa keunggulan, salah satunya adalah urbanisme.

Baca Juga: Mengapa Mesopotamia Disebut sebagai Tempat Lahirnya Peradaban?

Urbanisme ini mencakup pembangunan kota, sistem irigasi, dan tentunya, penciptaan tulisan.

Berdasarkan kriteria tersebut, Bangsa Sumeria lah yang patut diacungi jempol sebagai peradaban tertua di dunia.

Peradaban ini muncul sekitar 4000 SM di wilayah Mesopotamia, yang kini dikenal sebagai Irak.

Jejak-jejak peradaban mereka terbentang di wilayah selatan kota modern Kut, Irak timur.

Para arkeolog menyebut fase awal Sumeria ini sebagai periode Uruk.

Lebih dari sekadar membangun kota, Bangsa Sumeria juga meninggalkan warisan luar biasa dalam bentuk agama mereka.

Kuil-kuil tinggi menjulang, yang dikenal sebagai ziggurat, didirikan di kota-kota mereka sebagai tempat pemujaan dewa-dewa.

Sistem kasta pun diterapkan, dengan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam ritual keagamaan.

Menurut Samuel Noah Kramer, sejarawan Amerika, dewa-dewi yang dipuja di Sumeria tak selalu sama.

Dewa langit Anu populer di Uruk awal, sedangkan dewa badai Enlil disembah di seluruh Sumeria.

Inanna, dewi kesuburan di Uruk, pemujaannya pun menyebar ke kota-kota Mesopotamia lainnya.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Tujuh Peradaban Kuno yang Memengaruhi Kita Saat Ini

Munculnya Dua Pesaing

Namun, penemuan dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa Bangsa Sumeria tak sendirian dalam perebutan gelar peradaban tertua.

Mesir kuno muncul sebagai pesaing kuat.

Penggalian di Mesir menemukan bukti tulisan yang tak kalah tua dengan tulisan Sumeria.

Hal ini menunjukkan bahwa fase tertua peradaban Mesir kuno muncul sekitar 4000 SM, sejajar dengan fase awal Sumeria.

Calon lain peradaban tertua adalah peradaban Lembah Indus.

Peradaban ini berkembang di wilayah yang kini dikenal sebagai Afghanistan, Pakistan, dan India barat laut.

Berdasarkan artefak yang ditemukan, diperkirakan peradaban ini muncul setidaknya pada 3300 SM.

"Namun, ada kemungkinan kita menemukan bukti yang lebih tua di Lembah Indus," ungkap Philip Jones, kurator asosiasi dan penanggung jawab koleksi Babilonia di Museum Penn, Philadelphia.

Perkembangan peradaban-peradaban awal ini tak lepas dari perdagangan.

Jaringan perdagangan di sepanjang tepi Samudra Hindia menjadi faktor penting dalam merajut interaksi dan mendorong kemajuan.

"Firasat saya, ada beberapa jaringan perdagangan yang terjadi di Samudra Hindia," tambah Jones.

Penelusuran jejak "peradaban tertua di dunia" membuka tirai sejarah dan mengantarkan kita pada kekayaan budaya dan inovasi manusia di masa lampau.

Bangsa Sumeria, Mesir kuno, dan peradaban Lembah Indus, meskipun tak selalu berdiri sendiri, menjadi bukti nyata kegigihan dan kecerdikan manusia dalam membangun peradaban di tengah keterbatasan zaman.

Perjalanan menelusuri jejak peradaban ini tak hanya memuaskan rasa ingin tahu, tapi juga membawa kita pada refleksi tentang makna kemajuan dan warisan budaya yang tak ternilai.