Waspada 'Jebakan yang Indah' Kala Mengikuti Ajang Lari Lintas Alam

By Ade S, Sabtu, 4 Mei 2024 | 18:00 WIB
Rute yang dilewati oleh semua kategori di Dieng Detrac Trail Run Series 2023. Bukan pada elevasinya, tantangan yang 'menjebak' dari ajang trail run seperti Dieng Caldera Race 2024 justru ada pada keindahan alamnya. Kok, bisa? (Warsono)

Nationalgeographic.co.id—Trail running seperti pada ajang Dieng Caldera Race 2024 tentu saja memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan road running. Namun, tantangan terbesarnya justru ada pada keindahan alamnya. Kok bisa?

Waktu belum menunjukkan pukul 7 pagi ketika para pelari yang berasal dari komunitas Skolari, KG Pelarian, Social Run dan Klub Lari Backpacker Jakarta berkumpul di Plaza Utara Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (4/5/2024).

Mereka sedang bersiap mengikuti "Saturday Fun Training, Road to Dieng Caldera Race" yang diselenggarakan oleh National Geographic Indonesia dan SayaPilihBumi berkolaborasi dengan PAT Adventure dan DETRAC.

Tepat pukul 7 pagi, para peserta sudah mulai melakukan pemanasan dengan dipandu oleh Coach Fandhi Achmad (yang akrab disapa Agi), untuk kemudian berlari mengitari GBK sebanyak dua kali.

 

Para peserta Saturday Fun Training, Road to Dieng Caldera Race sedang berlari mengelilingi Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu (4/5/2024). (Donny Fernando)

Jarak lari tersebut tentu saja membuat wajah para peserta, yang umumnya sudah terbiasa berlari dengan jarak tempuh yang lebih jauh, masih terlihat segar setelah melakukannya.

Tidak demikian setelah Agi memimpin para peserta melakukan ladder drill. Berbagai jenis gerakan dengan tujuan utama membentuk running form dan meningkatkan agility itu membuat wajah para peserta mulai memucat secara gradual.

"Untung" saja ketika waktu menunjukkan pukul 08:30, Agi yang sudah berulang kali menjuarai lomba ultra trail run hingga mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia itu, menyudahi sesi latihan untuk segera memulai sharing sessions.

Trail Run, Lari Biasa dengan Lintasan Berbeda

Trail running itu pada dasarnya seperti lari biasa tapi dengan lintasan yang berbeda,” tutur Agi yang pernah meraih posisi ketiga dalam Elbrus Race pada 2018 silam.

Baca Juga: Langkah Awal untuk Berlomba di Ajang Ultra Trail Dunia

Persamaan itulah yang membuat jenis latihan trail running tidak berbeda jauh dengan latihan lari pada umumnya.

Hanya saja, terkait dengan adanya tanjakan dan turunan di lintasan trail run, perlu ditekankan pentingnya untuk latihan berlari di medan yang menanjak dan menurun.

Agi sendiri mengaku sering melakukan latihan tersebut di tribun salah satu stadion sepak bola di dekat rumahnya di Depok, Jawa Barat.

Khusus dengan jalanan yang menurun, para penggiat trail run perlu untuk melatih ketangkasan tubuhnya. Ladder drill yang dipandu oleh Agi tadi menjadi salah satu menu latihan yang wajib untuk meningkatkan kemampuan tersebut.

Para peserta Saturday Fun Training, Road to Dieng Caldera Race sedang melakukan 'ladder drill' untuk melatih 'running form' dan meningkatkan 'agility'. (Donny Fernando)

“Ini penting untuk menciptakan muscle memory, yaitu saat otot dan otak bisa bersinergi untuk melakukan gerakan yang cepat dan tepat, terutama saat menghadapi turunan,” papar ayah dua anak tersebut.

Hal lain yang menjadi perhatian Agi adalah running form. Hal ini berdasarkan pengalamannya melihat para pelari yang belum memiliki running form yang baik namun sudah berlari dengan cepat. Apalagi, tidak sedikit dari para pelari tersebut belum memiliki berat badan yang ideal.

“Lari dengan cepat itu tidak dilarang. Tapi dengan running form yang belum baik serta berat badan yang belum ideal, potensi terjadinya cedera meningkat,” jelas Agi.

Pria yang sudah melakukan trail run sejak 2014 tersebut menjelaskan bagaimana running form tersebut bisa membuat lari seseorang menjadi lebih efisien.

Terkait waktu persiapan, Agi menyarankan untuk melakukan latihan minimal tiga bulan sebelum mengikuti lomba. Dimulai dari fase conditioning, fase melatih kecepatan, hingga fase melatih teknik dan melakukan simulasi.

Jangan lupa juga untuk selalu memberi waktu untuk tubuh beristirahat di masa persiapan tersebut. Agi sendiri memiliki format latihan 2:1 atau 3:1, yaitu dua atau tiga hari latihan, dan satu hari istirahat.

Baca Juga: Dieng Detrac Trail Run Menuju Perhelatan Dunia

Terbius Keindahan Dieng

Salah satu ajang trail run yang mendapat perhatian dari para penggemar lari lintas alam dalam waktu dekat ini adalah Dieng Calera Race 2024 besutan DETRAC dan PAT Adventure.

Kompetisi lari trail ini akan membawa Anda menjelajahi keindahan perkebunan Teh Tambi yang memesona, dengan latar belakang panorama Gunung Sindoro, Gunung Sibuthak, dan puncak-puncak lainnya yang memukau.

Merujuk situs Dieng Caldera Race, terdapat empat pilihan kategori, yaitu 10 km dengan elevasi 495 m, 21 km dengan elevasi 1.185 m, 42 km dengan elevasi 2.630 m, dan 75 km dengan elevasi 4.850 m.

Dieng Caldera Race sendiri diklaim bukan hanya ajang trail run biasa. Di balik lintasan yang menantang dan keindahan alam Dieng yang memesona, ajang ini memiliki komitmen besar untuk memajukan pelari trail Indonesia di kancah internasional.

Dieng Caldera Race (diengcalderarace.com)

Hal ini dibuktikan dengan undangan kepada perwakilan dari UTMB (Ultra Trail du Mont Blanc), salah satu event lari trail paling bergengsi di dunia. Hal menandakan komitmen Dieng Caldera Race untuk menyelenggarakan event bertaraf internasional dan memberikan kesempatan bagi pelari trail Indonesia untuk unjuk gigi di level global.

Apalagi, menurut Race Coordinator Dieng Caldera Race Ade Chandra Wijaya, acara yang akan diselenggarakan pada 8-9 Juni ini juga diiringi dengan program berkesinambungan dengan UMKM setempat.

“Kita juga akan menyelenggarakan Festival Teh Nusantara di Tambi yang menjadi titik start dari Dieng Caldera Race,” ucap Ade.

Saat ditanya tentang tantangan berlari di Dieng, Ade mengingatkan peserta untuk tidak terlena oleh keindahan Dieng. Apalagi, berdasarkan pengalaman, tidak sedikit peserta yang “terbius” oleh keindahan alam Dieng, termasuk dengan mengabadikannya melalui foto dan video, lalu kemudian malah terkena cut off time.

Keindahan alam ini juga yang menurut Agi harus membuat para peserta sadar untuk selalu menjaganya. Sebab, pada dasarnya trail running itu kita berolahraga sambil menikmati keindahan alam. Jangan sampai kegiatan tersebut malah merenggut keindahan tersebut.

Salah satu caranya adalah dengan memastikan barang bawaan kita, terutama makanan dan minuman selama kegiatan, tidak menjadi sampah. Agi memberi tips untuk menyediakan satu plastik khusus untuk menampung sampah sisa kemasan makanan atau minuman selama mengikuti kegiatan.

Agi pun menekankan bahwa pada dasarnya trail running memiliki prinsip yang sama dengan kegiatan alam bebas lain, yaitu kita nikmati sambil kita menjaganya.

Take nothing but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but time,” tutup Agi, meniru sebuah kutipan yang sudah menjadi “moto” sekaligus panduan bagi para penggiat alam bebas.