Dari Rumah Bordil, Wanita Ini Menjadi Prajurit Kesohor Dinasti Ming

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 9 Mei 2024 | 21:00 WIB
Prajurit wanita Lin Siniang dari Dinasti Ming sedang menguji ketajaman pedangnya dengan jarinya. ( Chinese School-Qing Dynasty via Owlcation)

Kejatuhan Lin dan Pasukannya

Meskipun pasukan Lin berhasil pada awalnya, mereka akhirnya dikalahkan oleh pasukan pemberontak yang telah menculik raja. 

Tak lama kemudian, semua rekan-rekan Lin terbunuh, dan dia adalah satu-satunya yang tersisa.  

“Para pemberontak menuntutnya untuk menyerah-tetapi dia menolak,” jelas William. “Sebaliknya, dia terus berjuang, dengan gagah berani menangkis setiap tusukan pedang dan tombak, sampai akhirnya dia menyerah pada pukulan yang akan merenggut nyawanya.”

Bala bantuan segera tiba dalam bentuk pasukan tradisional pria. Didorong oleh keberanian dan pengorbanan Lin dan para prajuritnya, bala bantuan tersebut berhasil mengalahkan para pemberontak dan membebaskan Raja Zhu Changshu.

Kemudian, raja memerintahkan agar Lin dan setiap prajurit wanitanya diberikan pemakaman yang terhormat.

Perspektif Tiongkok tentang Prajurit Wanita

Seperti di sebagian besar masyarakat lain di dunia, perang di Tiongkok secara tradisional merupakan pekerjaan yang didominasi oleh kaum pria. Hanya dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, para sejarawan mencatat adanya wanita yang berpartisipasi dalam upaya ini.

Namun, wanita sebenarnya sudah muncul dalam sejarah militer Tiongkok sejak zaman Sun Tzu (544-496 SM). Pada saat itu, para selir istana Raja Wu dilatih untuk menjadi tentara sebagai demonstrasi efek dari disiplin.

Dengan demikian, prajurit wanita, meskipun tidak umum, dipandang sebagai konsep yang masuk akal.