Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda mendengar istilah "bencana hidrometeorologi"?
Bencana ini merupakan fenomena alam yang sering terjadi di Indonesia dan membawa dampak signifikan bagi kehidupan manusia, infrastruktur, dan ekonomi.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu bencana hidrometeorologi, jenis-jenisnya, dan bagaimana cara menanganinya di Indonesia.
Bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang disebabkan oleh siklus air, curah hujan, dan kaitannya dengan iklim dan cuaca.
Bencana ini dapat berupa banjir, kekeringan, angin kencang, puting beliung, dan berbagai fenomena alam lainnya yang terkait dengan air dan cuaca.
Memahami jenis-jenis bencana hidrometeorologi dan cara penanganannya sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat terhadap bencana.
Pengertian Bencana Hidrometeorologi
Merujuk Encyclopaedia Britannica, hidrometeorologi adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari siklus air, curah hujan, serta kaitannya dengan iklim dan cuaca.
Cabang ilmu ini memegang peranan krusial dalam membantu kita memahami dan mempersiapkan diri dari berbagai bencana alam yang mengintai.
Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, kekeringan, dan angin kencang, kerap kali terjadi dan membawa dampak signifikan bagi kehidupan manusia, infrastruktur, dan juga ekonomi.
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang hidrometeorologi dan berbagai jenis bencana yang terkait dengannya menjadi kunci penting dalam upaya penanggulangan dan mitigasi.
Baca Juga: Tak Sekadar Fiksi, Roh Mitologi Jepang Ini Lahir dari Sejarah Kelam
Mengenal Beragam Bencana Hidrometeorologi dan Karakteristiknya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengklasifikasikan beberapa jenis bencana hidrometeorologi yang perlu kita waspadai, di antaranya:
* Curah Hujan Ekstrem
Merupakan fenomena hujan deras yang terjadi di suatu lokasi dengan intensitas tinggi, melampaui batas normal curah hujan pada umumnya.
Bencana ini dipicu oleh pembentukan awan kumulonimbus di lapisan atmosfer yang cukup tinggi.
Kondisi ini menyebabkan curah hujan meningkat drastis, disertai dengan angin kencang, hujan es, dan berpotensi memicu terjadinya angin puting beliung.
* Angin Kencang
Didefinisikan sebagai angin dengan kecepatan yang melebihi 27,8 kilometer per jam.
Angin kencang umumnya terjadi saat peralihan musim dan sering kali bersamaan dengan pembentukan awan kumulonimbus.
* Puting Beliung
Mirip dengan angin kencang, puting beliung juga banyak terjadi pada saat peralihan musim.
Baca Juga: Hutan Ranjuri nan Luhur: Penyerap Karbon dan Pelindung Masyarakat Sigi
Bencana ini biasanya terjadi pada siang hingga sore hari dengan durasi yang sangat singkat, yaitu sekitar 5 menit saja.
Bencana hidrometeorologi ini memiliki daya rusak yang tinggi karena bergerak dengan kecepatan lebih dari 63 kilometer per jam.
* Banjir
Merupakan peristiwa meluapnya air yang terjadi karena tanah jenuh air atau sistem drainase tidak mampu menampung debit air hujan yang turun.
Banjir rawan terjadi ketika curah hujan tinggi dan berlangsung secara terus-menerus.
Dalam bentuk yang lebih parah dan merusak, banjir dapat berkembang menjadi banjir bandang, yaitu meluapnya air dengan tiba-tiba dan membawa debit air yang sangat besar.
Banjir bandang memiliki tingkat bahaya yang tinggi karena bersifat merusak dan menyapu bersih apa pun yang dilewatinya.
* Kekeringan
Bencana ini terjadi akibat defisit curah hujan di suatu wilayah dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Kekeringan membawa dampak utama berupa minimnya akses air bersih untuk kebutuhan minum dan gagal panen di ladang pertanian.
Selain daftar di atas, masih banyak contoh bencana hidrometeorologi lainnya, seperti kebakaran hutan, El Nino, El Nina, longsor, gelombang dingin, dan gelombang panas.
Baca Juga: Mimar Sinan, Arsitek Legendaris Ottoman yang Merestorasi Hagia Sophia
Tren dan Dampak Bencana Hidrometeorologi di Indonesia
Data yang dirilis oleh BMKG menunjukkan bahwa tren bencana hidrometeorologi di Indonesia mengalami perubahan setiap tahunnya.
Pada tahun 2010, banjir menjadi bencana terbanyak, namun frekuensinya menurun dan kembali meningkat di tahun 2017.
Di tahun 2019, longsor menjadi bencana terbanyak dengan 600 kejadian, diikuti puting beliung dan banjir dengan 400 kejadian masing-masing.
Dampak yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologi tidak hanya terbatas pada kerusakan fisik dan infrastruktur, tetapi juga berakibat pada aspek sosial dan ekonomi.
Bencana ini dapat menyebabkan hilangnya nyawa, luka-luka, hilangnya tempat tinggal, gangguan aktivitas ekonomi, dan kerugian finansial yang signifikan.
Upaya Mitigasi Bencana Hidrometeorologi
Menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang selalu mengintai, penting untuk dilakukan upaya mitigasi atau penanggulangan yang terencana dan komprehensif. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1) Memantau informasi cuaca dan peringatan dini dari BMKG
2) Membuat sistem peringatan dini lokal
3) Melakukan reboisasi dan menjaga kelestarian hutan
4) Membangun infrastruktur yang tahan bencana
5) Meningkatkan edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat
6) Menjalin kerjasama antar pihak
7) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
8) Melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
9) Menerapkan kebijakan yang berkelanjutan
Dengan memahami apa itu bencana hidrometeorologi, jenis-jenisnya, dan cara penanganannya, kita dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan ketahanan terhadap berbagai ancaman alam yang mengintai.
Mari kita jaga kelestarian alam dan bekerja sama untuk membangun masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi bencana hidrometeorologi.