Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim bagaikan pedang bermata dua yang mengancam kelangsungan hidup manusia dan planet bumi.
Di balik dahsyatnya fenomena alam ini, terdapat peran manusia yang memicu perubahan iklim melalui aktivitas sehari-hari.
Artikel ini mengupas 7 kebiasaan manusia yang secara tidak sadar berkontribusi terhadap pemanasan global.
Memahami peran manusia dalam memicu perubahan iklim merupakan langkah awal untuk menyelamatkan bumi.
Melansir Concern Worldwide, berikut adalah tujuh peran manusia yang secara tidak sadar memicu perubahan iklim:
1. Transportasi
Kendaraan bermotor yang kita gunakan sehari-hari seperti mobil, bus, pesawat terbang, dan kapal laut kebanyakan menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin, solar, dan gas alam.
Pembakaran bahan bakar ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida dan nitrous oksida, yang berkontribusi terhadap pemanasan global.
2. Kebutuhan Energi Rumah Tangga
Listrik yang kita gunakan untuk menyalakan lampu, peralatan elektronik, dan sistem pemanas ruangan di rumah juga kerap kali berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Selain itu, aktivitas daring kita seperti browsing internet, streaming film, atau sekadar berkirim email turut menyumbang emisi gas rumah kaca.
Baca Juga: Sejarah Dunia: 6 Peradaban yang Hilang, Ada yang Dipicu Perubahan Iklim
Pusat data dan server yang melayani aktivitas internet kita membutuhkan energi yang besar, dan sebagian besar berasal dari pembakaran energi fosil.
3. Jejak Digital yang Meningkat
Tren mata uang kripto dan token non-fungible token (NFT) semakin marak dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, di balik kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan, terdapat jejak digital yang besar dan berdampak pada lingkungan.
Proses penambangan mata uang kripto dan transaksi NFT membutuhkan energi listrik yang sangat tinggi, sehingga turut meningkatkan emisi gas rumah kaca.
4. Hilangnya Hutan sebagai Penyerap Karbon
Hutan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim bumi dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer.
Akan tetapi, penggundulan hutan secara besar-besaran untuk kepentingan alih fungsi lahan menjadi pemukiman atau pertanian telah menyebabkan berkurangnya kemampuan bumi menyerap karbon dioksida.
Akibatnya, gas rumah kaca tersebut semakin terakumulasi di atmosfer dan memicu pemanasan global.
5. Peternakan dan Konsumsi Daging
Aktivitas peternakan, terutama ternak sapi, kambing, dan domba, menghasilkan gas metana dalam jumlah yang besar.
Baca Juga: Upaya Menyelamatkan Petra dari Kehancuran akibat Perubahan Iklim
Gas metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang potensi pemanasannya jauh lebih besar dibandingkan karbon dioksida.
Peningkatan konsumsi daging secara global turut mendorong peningkatan populasi ternak dan emisi gas metana yang dihasilkan.
6. Penggunaan Pupuk Kimia
Dalam dunia pertanian, pupuk kimia nitrogen banyak digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan.
Namun, penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan dapat melepaskan gas nitrous oxide ke atmosfer.
Gas nitrous oxide ini memiliki daya pemanasan global yang 300 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida.
7. Gas F yang Sering Diabaikan
Gas F atau fluorinated gases merupakan kelompok gas rumah kaca yang kehadirannya seringkali luput dari perhatian.
Gas F banyak digunakan dalam berbagai peralatan modern seperti kulkas, AC, panel surya, dan alat pemadam kebakaran.
Meskipun jumlahnya sedikit, daya pemanasan global gas F bisa hingga 23.000 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida.
Perubahan iklim adalah isu global yang membutuhkan komitmen bersama dari seluruh umat manusia.
Memahami peran manusia yang memicu perubahan iklim dan melakukan langkah-langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi langkah awal untuk menyelamatkan bumi.
Marilah kita bekerja sama untuk menjaga keseimbangan alam dan memastikan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.