Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India yang Belum Banyak Orang Pahami

By Utomo Priyambodo, Rabu, 15 Mei 2024 | 14:00 WIB
Umat Hindu Bali dan Hindu India punya banyak perbedaaan, mulai dari hari keagamaan, cara berdoa, konsep ketuhanan, hingga kasta. (Nadiantara/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Banyak orang tidak mengerti bahwa Hindu India dan Hindu Bali memiliki banyak perbedaan. Salah satu orang yang tampaknya belum mengerti soal ini adalah seorang turis asal India yang terlibat cekcok dengan warga lokal di Bali.

Video percekcokannya itu beredar di jejaring sosial X dan menuai ragam komentar warganet. Dalam video tersebut, lelaki paruh baya India itu tampak mengenakan kaos dan sarung berwarna putih di sebuah pura Bali.

Dia terlihat enggan mematuhi aturan pura setempat dan bersikeras menyamakannya dengan aturan di India. Menganggap Hindu India dan Hindu Bali adalah sama.

Warga pun mencoba menjelaskan kepada lelaki tersebut, “Ini bukan wilayah Anda.” Namun sayangnya lelaki itu seperti tak mau menerima penjelasan dan terus mengomel. Dia akhirnya diusir secara baik-baik.

Sebenarnya apa perbedaaan antara Hindu India dan Hindu Bali? Bali Lost Adventure pernah menjelaskan perbedaan ini agar banyak turis dapat memahami aturan Hindu Bali.

Hari Libur dan Hari Besar

Dimulai dengan hari libur atau hari besar keagamaan mereka, dari sini kita akan tahu bahwa Hindu India dan Hindu Bali memiliki perbedaan besar.

Hindu India punya Holi, Dipawali, Siwaratri, Saraswati Puja, Durga Puja, Chhath Puja, dan guru Purnima. Adapun Hindu Bali memiliki Nyepi (tahun baru Saka), Galungan, Kuningan, Puja Saraswati, Siwaratri, dan Pagerwesi.

Hindu Bali dan Hindu India hanya memiliki dua hari libur yang sama, yakni Siwaratri dan Saraswati Puja.

Cara mereka menentukan hari raya juga berbeda-beda. Hindu India menggunakan Kalender Hindu Kuno atau India menyebutnya Kalender India, sedangkan Hindu Bali menggunakan Kalender Saka dan Wewaran.

Umat Hindu Bali memiliki perbedaan cara ibadah dengan umat Hindu India. Para turis diharapkan memahami aturan ini. (Sean Hamlin/Wikimedia Commons)

Baca Juga: Kalender Jawa: Benarkah Diciptakan Sultan Agung dari Kalender Hindu?

Sistem Kasta

Di India ada 5 kasta besar yaitu Brahmana (pendeta). Kshatriya (pejuang, penguasa), Vaisya (pedagang terampil, pedagang dan pejabat kecil), Sudra (pekerja tidak terampil), dan Paria (beberapa orang menyebut Harijan, atau orang buangan, atau orang yang ‘tak tersentuh’, ‘anak-anak Tuhan’).

Selain ada 5 kasta besar di India, ada juga sekitar 3.000 kasta dan lebih dari 25.000 subkasta. Namun jangan kaget, di India kasta tinggi dan kasta rendah hidup terpisah, dan bahkan sekarang pun ada beberapa kasta tinggi yang tidak mau berbagi air, makanan hidup, dan segala sesuatunya dengan kasta rendah.

Di Bali, kondisi sosialnya lebih setara dan berbaur, yakni hanya memiliki 4 kasta tanpa subkasta. Ada Brahmana (pendeta). Ksatria (pejuang, penguasa), Vaisya (pedagang terampil, pedagang dan pejabat kecil), dan Sudra (pekerja tidak terampil).

Dan lebih dari itu, kehidupan masyarakat di Bali saat ini lebih humanis. Sebab, pemerintah setempat telah melarang memperlakukan orang sesuai kasta.

Perbedaan perekonomian antara kasta tinggi dan kasta rendah perlahan terkikis dan membuat umat Hindu Bali lebih santai dibandingkan umat Hindu India.

Perbedaan lain yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah masyarakat Hindu Bali memberi nama pada anak mereka sesuai dengan kasta dan urutan kelahirannya.

Untuk kasta Brahmana, mereka akan menggunakan ‘Ida Bagus’ untuk laki-laki dan ‘Ida Ayu’ untuk perempuan.

Untuk Ksatria, nama yang digunakan adalah Anak Agung, Cokorda, Desak atau Gusti. Atau ada pula yang menggunakan Dewa atau Dewa Ayu.

Untuk Waisya ada nama Ngakan, Kompyan atau sang, atau Si. Adapun untuk Sudra, mereka tidak akan menggunakan nama khusus. Mereka hanya menggunakan nama sesuai urutan kelahirannya.

Nama menurut urutan lahir di Bali adalah anak pertama diberi nama Wayan, Putu, atau Gede. Anak kedua atau anak tengah diberi nama Made atau Nengah.

Baca Juga: Apa Itu Mepamit dan Dharma Suaka dalam Ritual Pernikahan Adat Bali?

Anak ketiga diberi nama Nyoman atau Komang. Sementara anak keempat diberi nama Ketut.

Dengan adanya program Keluarga Berencana (KB) oleh pemerintah Indonesia yang menganjur satu keluarga cukup punya dua anak, nama Ketut kini mulai jarang digunakan dibanding tahun-tahun lampau.

Contoh dari penggunaan nama sesuai kasta dan urutan lahir adalah Ida Ayu Komang Saraswati. Artinya, wanita dari kasta Brahmana dan merupakan anak ketiga di rumahnya.

Cara Berdoa dan Beribadah

Perbedaan penting lainya orang Hindu Bali dan Hindu India punya cara berdoa yang berbeda. Misalnya, jika Anda berada di Bali saat tahun baru Saka, masyarakat Bali akan mengadakan ‘Hari Raya Nyepi’ dan tidak ada seorang pun yang boleh keluar rumah. Namun di India, justru sebaliknya, mereka akan keluar rumah dan merayakannya.

Perbedaan lainnya, umat ​​Hindu India menganut Pancawarna (Brahmana, Ksathrya, Waisya, Sudra, dan Paria), sedangkan Hindu Dharma menganut Caturwarna (Brahmana, Ksathrya, Waisya, dan Sudra).

Hindu Dharma merupakan agama Hindu yang umumnya dianut oleh suku Bali di Indonesia. Hindu Dharma merupakan sinkretisme Hindu antara Saiwa, Waisnawa, dan Brahma dengan kepercayaan lokal suku Bali. Hindu Dharma berasal dari Saiwa Sidhanta yang berasal dari Madhya Pradesh, India.

Umat Hindu Dharma meyakini adanya Tuhan yaitu Acintya atau Sang Hyang Widhi. Hindu Dharma percaya bahwa Trimurti adalah manifestasi utama Brahman sang penguasa tertinggi, dan para dewa dan dewi adalah mediator Brahman.

Dengan begitu, umat ​​Hindu Bali percaya pada satu-satunya Tuhan, yang tidak dapat Anda temukan di India. Orang Bali menyebutnya Acintya atau Sang Hyang Widi. Selain itu, umat Hindu India menganut politeisme, artinya masyarakat India percaya pada lebih dari satu Tuhan.

Dahulu kala, Indonesia tidak mengakui Hindu Bali sebagai agama. Namun pada tahun 1959, masyarakat Bali memulai perjuangan agar agama Hindu Bali diakui sebagai agama.

Setelah melalui perjalanan panjang dan berbagai upaya yang dilakukan oleh para pemuka agama, akhirnya agama Hindu ditetapkan sebagai salah satu agama resmi di Indonesia karena Hindu Bali mempunyai Tuhan sebagai ideologi yang dimiliki Indonesia dalam Pancasila.

Walaupun umat Hindu Bali dan Hindu India berbeda, mereka tetap beragama Hindu dan beriman kepada Tuhan. Banyak jalan untuk meraih keberkahan Tuhan, maka jadilah orang yang baik hati dan toleran.