Penobatannya sebagai kaisar tidak datang tanpa pengorbanan. Zhu Zhanji harus menyaksikan kematian ayahnya yang tercinta, Kaisar Renzong, akibat sakit.
Kematian ayahnya ini membuka jalan bagi Zhu Zhanji untuk naik tahta, namun juga memicu perebutan kekuasaan di antara para pamannya yang ambisius.
Pemberontakan Paman
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Zhu Zhanji adalah pemberontakan pamannya, Zhu Gaoxu. Pamannya yang ambisius ini merasa berhak atas tahta dan berusaha menggulingkan Zhu Zhanji.
Pertempuran sengit pun terjadi, menelan korban jiwa dari kedua belah pihak. Zhu Zhanji, dengan kepemimpinan dan kecerdasannya, berhasil mengalahkan pamannya dan membasmi pemberontakan.
Namun, kemenangan ini datang dengan harga yang mahal. Zhu Zhanji terpaksa mengeksekusi lebih dari 600 orang, termasuk pamannya, untuk memadamkan pemberontakan dan mengamankan tahta.
Keputusan Zhu Zhanji untuk mengeksekusi pamannya dan para pemberontak lainnya merupakan keputusan yang sulit dan penuh pertimbangan.
Dia sadar bahwa tindakannya akan menimbulkan rasa sakit dan luka bagi banyak orang. Namun, dia juga yakin bahwa tindakannya ini diperlukan untuk menjaga stabilitas dan keadilan di negaranya.
Pemerintahan Ideal Meski Kalah dari Vietnam
Meskipun tercoreng oleh darah para pemberontak, pemerintahan Zhu Zhanji dikenal sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah Dinasti Ming. Dia dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, dan berdedikasi untuk rakyatnya.
Zhu Zhanji fokus pada pembangunan ekonomi, mendorong perdagangan dan pertanian, dan meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Dia juga reformasi sistem pemerintahan, memberantas korupsi, dan memperkuat hukum.
Baca Juga: Kala Dinasti Ming Dorong Malaka Masuk Islam Demi Bisa Tekan Majapahit