Ada Kemiripan Lukisan Cadas Kalimantan, Sulawesi, dan Australia: Teori Jalur Migrasi Manusia Baru?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 20 Mei 2024 | 20:25 WIB
Foto figur Babi dengan jejak tangan yang berumur setidaknya 45.500 tahun yang lalu di Leang Tedongnge, Sulawesi. Lukisan cadas ini memiliki arsiran yang menandakan pelukisnya memperhatikan detail bulu pada babi. (Maxime Aubert/Griffith Center for Social Science and Cultural Research )

Nationalgeographic.co.id—Ada banyak lukisan cadas figuratif di kawasan karst Sulawesi Selatan. Leang Tedongnge adalah salah satunya dengan lukisan cadas figuratif hewan babi berusia 45.000 tahun, dan menjadikannya yang tertua di dunia. Beritanya sempat menggemparkan dunia arkeologi ketika dipublikasikan pada 2021.

Lewat lukisan cadas, kita bisa mengetahui sejarah migrasi manusia. Selasa, 14 Mei 2024, tim penelitian kolaborasi Griffith University, Puslit Arkenas yang kini bergabung dengan BRIN, Universitas Hasanuddin, Institut Teknologi Bogor, dan Kemendikbudristek memperkirakan bahwa semua lukisan cadas punya keterikatan dengan arah migrasi.

Pendapat mereka berdasarkan analisis pada gaya menggambar cadas oleh leluhur manusia di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Australia Barat dan Wilayah Utara Australia. Hasil penelitian mereka dipublikasikan dalam jurnal Deep-Time Images in the Age of Globalization bertajuk "Some Implications of Pleistocene Figurative Rock Art in Indonesia and Australia" yang dipimpin oleh Adam Brumm dari Griffith University.

Rekan peneliti Adhi Agus Oktaviana dari BRIN Arkeologi, Bahasa dan Sastra, Pusat Riset Arkeometri memberikan petunjuknya dalam sebuah wawancara pada Sabtu, 18 Mei 2024. Dia menunjukkan, kemiripan ini tidak hanya dari segi figuratif yang menggambarkan hewan yang kental dengan lingkungan sekitarnya, namun juga pola melukisnya.

"[Lukisan cadas] di Kalimantan, Sulawesi, dan Australia ini ada pattern yang sama. Mungkin ada dari kelompok manusia yang sama, secara teknik," terang Adhi. "Lihat itu di Sulawesi dengan anoa dan babi, banteng di Kalimantan, dan kalau di Australia itu kangguru."

Dia merujuk pada gambar hewan yang memiliki garis tepi yang rapi dan bagian dalam objek berwarna berupa arsiran. Gaya gambar ini disebut oleh para peneliti sebagai naturalistic animal with stroke-infill (NASI). Arsiran warna lukisan cadas ini diartikan sebagai bulu atau detail terhadap hewan yang digambar leluhur manusia.

Berdasarkan penanggalan uranium (U-series), lukisan cadas di Lubang Jeriji Saleh, Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur berusia sekitar 37.200 hingga 40.000 tahun. Lukisannya terdiri dari banteng kalimantan (Bos javanicus lowi), stensil tangan dengan oker jingga, dan sosok hewan buruan.

Di Sulawesi Selatan, ada banyak gambar lukisan cadas. Selain Leang Tedongnge, gua yang disorot dalam penelitian ini adalah Leang Bulu' Sipong 4 dengan figur anoa berusia sekitar 41.000 tahun, Leang Barugayya dengan figur hewan berusia 35.700 tahun, babi berkutil di Leang Timpuseng dan Leang Balangajia berusia sekitar 35.500 tahun.

Sementara yang dicocokkan dari lukisan cadas di Australia terletak di Arnhem Land, Wilayah Utara Australia dan Kimberley di Australia Barat. Lukisan cadas di sana berupa kangguru dan babi. Situs tersebut dianggap sakral oleh penduduk asli Australia dan dijaga dengan baik dengan peraturan adat.

Dua lukisan cadas arsir di salah satu 88 situs di Arnhem Land berupa kangguru dan babi. Lukisan cadas ini berusia belasan ribu tahun, berdasarkan penanggalan karbon. (Robert 'Ben' Gunn)

Rentang usia lukisan cadas di kedua situs Australia ini berkisar 13.000 hingga 17.000 tahun berdasarkan penanggalan karbon. "Angka usia ini berdasarkan carbon dating. Angkanya bisa jadi lebih tua kalau penanggalannya menggunakan uranium series. Cuma, karena faktor struktur guanya itu sandstone, sulit untuk ambil sampel untuk disurvei uranium," jelas Adhi.

Baca Juga: Limpahan Jejak Peradaban Purbakala dari Karst Bukit Bulan Jambi