Ada Kemiripan Lukisan Cadas Kalimantan, Sulawesi, dan Australia: Teori Jalur Migrasi Manusia Baru?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 20 Mei 2024 | 20:25 WIB
Foto figur Babi dengan jejak tangan yang berumur setidaknya 45.500 tahun yang lalu di Leang Tedongnge, Sulawesi. Lukisan cadas ini memiliki arsiran yang menandakan pelukisnya memperhatikan detail bulu pada babi. (Maxime Aubert/Griffith Center for Social Science and Cultural Research )

Rute Migrasi Manusia Baru?

Dengan kemiripan gaya melukis berupa arsiran di garis, Brumm dan rekan-rekan berpendapat bahwa kesenian ini dibawa seiring dengan migrasi manusia.

"Kita dapat membayangkan sebuah skenario di mana penggambaran seni figuratif hewan gaya arsiran berasal dari Dataran Sunda (timur laut Kalimantan) dan menyebar melintasi Garis Wallace dengan pergerakan awal koloni manusia modern ke arah timur ke Sulawesi," terang para peneliti.

Adhi sendiri telah mengeksplorasi berbagai lukisan cadas yang ada di Sulawesi. Dia mengemukakan pendapat yang berbeda dari sebelumnya mengenai arah migrasi manusia. 

Sebelumnya, diperkirakan manusia bergerak melalui Pulau Selayar sampai akhirnya tiba di Flores Nusa Tenggara Timur. Pandangan ini diperkuat dengan adanya temuan arkeologis berupa kerangka manusia berusia 9.300 sampai 8.600 tahun silam. Tulisan mengenai teori ini pernah dipublikasikan di National Geographic bertajuk "Manusia Bermigrasi dari Sulawesi Selatan ke Flores lewat Selayar" 2022 silam.

Lukisan cadas di Lubang Jeriji Saleh, Kalimantan Timur berusia sekitar 40.000 tahun. Pada 2018, cadas ini dinobatkan sebagai lukisan figur bintang tertua, sebelum akhirnya digeser oleh Leang Tedongnge di Sulawesi Selatan. (Nature)

Penjelajahan Adhi ke Buton Tengah dan Buton Selatan, Sulawesi Tenggara justru menemukan berbagai gua dengan lukisan cadas geometris. Dengan demikian, dia menduga bahwa pergerakan migrasi manusia tidak melalui Selayar, melainkan melalui Sulawesi Tenggara, terus ke timur dan menduduki kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur bagian timur, termasuk Timor Leste.

"Dari sana menyebar bersama koloni yang berlayar di laut ke seluruh penjuru yang disebut 'Jalur Utara' menuju Sahul yang sebelumnya tidak berpenghuni, menyebabkan daratan di Papua Barat atau Kepulauan Aru," terang para peneliti.

Adhi menerangkan, pendapat pergerakan ini merujuk pada temuan arkeologis di Pulau Kisar, Maluku, dan Timor Leste. Hanya saja, belum ada gambar cadas arsiran garis di kawasan ini.

Koloni manusia kemudian bergerak ke arah barat daya di sepanjang pinggiran pesisir paparan Sahul kuno yang kini tenggelam. Dengan demikian, koloni manusia mencapai Arnhem Land sekitar 65.000 tahun yang lalu, para peneliti berpendapat.

"Apa jangan-jangan di Australia bisa duluan?" Adhi membuka kemungkinan lainnya. "Hanya karena sandstone, jadi tidak bisa diketahui umurnya yang sebenarnya yang mungkin lebih tua."

Adhi menawarkan hipotesis baru yang perlu dibuktikan dengan penanggalan uranium di Australia. Di Arnhem Land sendiri, situsnya memiliki jejak peninggalan manusia berupa tempat perlindungan batu Madjedbebe yang diperkirakan umur sekitar 50.000 tahun.

Baca Juga: Lukisan Cadas Aborigin Ternyata Menggambarkan Kapal Perang Maluku

Jawaban ini akan terungkap segera oleh para arkeolog Australia di masa mendatang. Adhi sendiri tengah menggarap berbagai penelitian yang akan melanjutkan temuan lukisan cadas di berbagai tempat di Sulawesi Tenggara.