Inilah Penyebab Peristiwa Alam Berubah Menjadi Bencana Alam

By Ade S, Selasa, 21 Mei 2024 | 10:03 WIB
Pahami penyebab peristiwa alam berubah menjadi bencana alam. Temukan faktor-faktor yang mengubahnya menjadi tragedi di artikel ini! (Freepik.com)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa gempa bumi, tsunami, atau letusan gunung berapi di satu tempat bisa menjadi tragedi memilukan, sementara di tempat lain hanya menjadi peristiwa alam biasa?

Jawabannya terletak pada faktor-faktor kompleks yang mengubah peristiwa alam menjadi bencana alam.

Artikel ini akan mengupas tuntas penyebab peristiwa alam berubah menjadi bencana alam.

Anda akan diajak memahami bagaimana faktor-faktor seperti kerentanan manusia, kurangnya persiapan, dan infrastruktur yang tidak memadai dapat memperparah dampak dari peristiwa alam, mengubahnya menjadi tragedi yang tak terbayangkan.

Selain itu, artikel ini juga akan membahas 10 bencana alam paling mematikan di Indonesia, memberikan Anda gambaran nyata tentang bagaimana peristiwa alam dapat bertransformasi menjadi mimpi buruk bagi manusia.

Interaksi Antara Sistem Sosial, Biologi, dan Fisik

Pakar geografi Gilbert F. White, yang dijuluki "bapak pengelolaan dataran banjir", menjelaskan bahwa bahaya bencana juga muncul dari interaksi antara sistem sosial, biologi, dan fisik.

Untuk itu, sebelum mengulas tentang penyebab peristiwa alam berubah menjadi bencana alam, kita perlu membedakan antara bahaya, peristiwa ekstrem, dan bencana.

Melansir The Dutton Institute, Bahaya alam adalah peristiwa ekstrem yang terjadi secara alami dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi manusia, meskipun biasanya fokusnya pada manusia. Peristiwa ekstrem sendiri sebenarnya kejadian yang tidak biasa, namun belum tentu menimbulkan bahaya.

Faktanya, banyak bahaya memiliki komponen alami dan buatan manusia. Bahaya bisa menjadi lebih parah tergantung aktivitas manusia. Contohnya, ketika banyak orang tinggal di daerah dataran banjir dan rawan banjir, mereka menempatkan diri pada risiko yang lebih besar.

Begitupun dengan kota-kota besar yang umumnya dibangun di daerah pesisir. Kota-kota tersebut rentan terhadap kenaikan permukaan laut, bahaya yang disebabkan oleh perubahan iklim global. Pada intinya, dampak bencana alam tidak hanya bergantung pada kekuatan peristiwa ekstrem itu sendiri, tetapi juga pada keputusan pembangunan manusia.

Baca Juga: Bagaimana Dampak Kerusakan Hutan dan Laut Bagi Manusia?

Penyebab Peristiwa Alam Berubah Menjadi Bencana Alam

Jadi, apa yang membuat suatu peristiwa alam menjadi bencana alam? Menurut Petra Tschakert, Assistant Professor of Geography di The Pennsylvania State University, ini bisa dibilang pertanyaan etis.

Bencana alam terjadi ketika peristiwa alam menimbulkan kerugian dalam jumlah besar dan melebihi kemampuan manusia untuk menghadapinya.

Namun, "kerugian" itu sendiri sebenarnya bergantung pada apa yang kita anggap penting. Definisi bencana ini mirip dengan definisi pembangunan, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya.

Ada definisi bencana yang menekankan kerugian materi, dan ada pula yang menekankan dampak kesehatan.

Umumnya, tingkat keparahan bencana diukur berdasarkan kerugian finansial atau jumlah korban jiwa. Biasanya, bencana yang menimbulkan kerugian finansial lebih besar juga akan menyebabkan lebih banyak korban jiwa.

Meskipun demikian, hal ini tidak selalu terjadi. Bencana di wilayah miskin cenderung menyebabkan lebih banyak kematian; bencana di wilayah kaya cenderung menyebabkan kerugian finansial lebih besar.

"Hal ini terjadi karena wilayah miskin biasanya kurang mampu melindungi penduduknya, sementara wilayah kaya memiliki infrastruktur yang lebih mahal dan rentan terhadap peristiwa ekstrem," tutur Tschakert.

Contohnya adalah perbedaan dampak antara Badai Katrina (2005) dan Topan Nargis (2008). Keduanya adalah siklon tropis dengan intensitas tinggi (kecepatan angin Katrina 280 km/jam; kecepatan angin Nargis 169 km/jam) yang menghantam wilayah pesisir padat penduduk, termasuk kota industri besar (New Orleans, populasi 1,5 juta; Yangon, populasi 4,4 juta).

Namun, badai Katrina menyebabkan sekitar 2.000 kematian dan kerugian AS$80 miliar, sedangkan Topan Nargis menyebabkan sekitar 140.000 kematian dan kerugian AS$10 miliar.

Perbedaan dampak pada korban jiwa dan kerugian materi antara negara kaya dan miskin ini menunjukkan pentingnya definisi yang tepat saat kita berbicara tentang bencana.

Baca Juga: Tak Sekadar Fiksi, Roh Mitologi Jepang Ini Lahir dari Sejarah Kelam

10 Bencana Alam Dahsyat di Indonesia

Indonesia tak luput dari bencana alam dahsyat yang mengguncang dunia. Letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor kerap menyapa.

Peristiwa-peristiwa ini tak hanya berdampak di dalam negeri, tapi juga di negara lain. Berikut 10 bencana alam terdahsyat di Indonesia seperti dilansir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor:

1. Letusan Gunung Merapi (1930 dan 2010)

Gunung Merapi, sang "gunung berapi paling aktif di Indonesia", telah meletus lebih dari 80 kali sejak tahun 1600-an. Letusan terbesarnya terjadi pada tahun 1930, menewaskan 1.369 orang.

80 tahun kemudian, di tahun 2010, Merapi kembali meletus. Letusan ini tak hanya melumpuhkan Yogyakarta, tapi juga menerbangkan abu vulkanik hingga ke Jawa Barat. 275 orang menjadi korban, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan. Peristiwa ini menjadi sorotan media internasional.

2. Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi di Palu dan Donggala (2018)

Pada 28 September 2018, gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang Donggala dan Palu. 5 menit kemudian, tsunami setinggi 6 meter menerjang Palu. Tak hanya itu, likuifaksi pun terjadi.

Bencana ini menewaskan 2.045 orang. Banyak negara yang mengulurkan bantuan, seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Selandia Baru.

3. Gempa Sumatera Barat (2009)

Gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang Sumatera Barat pada 30 September 2009. Gempa ini meluluhlantahkan banyak wilayah, menewaskan 1.115 orang dan melukai 2.321 orang.

Baca Juga: Hutan Ranjuri nan Luhur: Penyerap Karbon dan Pelindung Masyarakat Sigi

Gempa ini pun menarik perhatian dunia. Bantuan datang dari berbagai negara, seperti Australia, China, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.

4. Letusan Gunung Toba (74.000 Tahun Lalu)

Danau Toba, danau terbesar di Indonesia, ternyata dulunya adalah gunung berapi super dahsyat. Letusannya 74.000 tahun lalu menjadi letusan gunung berapi terbesar di muka bumi.

Letusan ini menyebabkan perubahan iklim global dan dipercaya hampir memusnahkan umat manusia, dengan hanya 5.000-10.000 orang yang mampu bertahan hidup.

5. Gempa Yogyakarta (2006)

Gempa berkekuatan 5,9 SR mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Lebih dari 5.800 orang meninggal dan 20.000 orang terluka.

Gempa ini menjadi gempa terbesar kedua di Indonesia setelah gempa Aceh 2004. Peristiwa ini mendorong Yogyakarta meningkatkan migasi bencana dan menjadi bahan pembahasan di Deklarasi Yogya PBB.

6. Tsunami Flores (1992)

Gempa berkekuatan 6,8 SR memicu tsunami setinggi 30 meter di Flores pada 12 Desember 1992. Tsunami ini menghantam Sikka, Ende, Ngada, dan Flores Timur, menewaskan lebih dari 3.000 orang.

Peristiwa ini menjadi perhatian dunia, dengan banyak negara yang mengirimkan bantuan. Karena Indonesia belum memiliki ahli tsunami saat itu, banyak peneliti Jepang yang datang untuk melakukan riset.

7. Gempa dan Tsunami Aceh (2004)

Gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 menjadi salah satu bencana alam terdahsyat di dunia. Gempa berkekuatan 9,1 SR memicu tsunami setinggi 30 meter yang meluluhlantahkan Aceh dan beberapa negara lain di Asia Selatan.

Bencana ini menewaskan 230.000 orang, menjadikannya salah satu gempa paling mematikan dalam sejarah.

8. Letusan Gunung Krakatau (1883)

Letusan Gunung Krakatau pada 26 dan 27 Agustus 1883 menghasilkan gelombang tsunami setinggi 30 meter yang menghancurkan pesisir Lampung dan Banten.

Ledakannya terdengar sampai ke Perth, Australia, dan menyebabkan perubahan iklim global. Ribuan orang meninggal, dan langit di seluruh dunia menjadi gelap.

9. Letusan Gunung Tambora (1815)

Letusan Gunung Tambora pada April 1815 menjadi letusan gunung terbesar dalam sejarah. Letusan ini menghasilkan VEI 7, 10 kali lebih besar dari letusan Krakatau.

Ledakannya memuntahkan jutaan ton material vulkanik, terdengar sampai Sumatera, dan setara dengan 800 megaton TNT. 80.000 orang menjadi korban.

10. Letusan Gunung Kelud (2014)

Letusan Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 menjadi letusan terbesar setelah letusan tahun 1990.

Hujan abu vulkanik menutupi sebagian besar Pulau Jawa dan melumpuhkan aktivitas masyarakat. 4 orang meninggal dalam peristiwa ini.

Dengan memahami penyebab peristiwa alam berubah menjadi bencana alam, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan ketahanan terhadap bencana.

Ingatlah, bencana alam bukan takdir yang tak terelakkan, melainkan tragedi yang dapat diminimalisir dampaknya dengan pengetahuan dan tindakan yang tepat. Mari jadikan pemahaman ini sebagai landasan untuk membangun masa depan yang lebih aman dan tangguh bagi diri kita, keluarga, dan masyarakat.