Locusta of Gaul, Ahli Racun Pribadi Penguasa Romawi, Wanita Pembunuh Berantai Pertama?

By Ade S, Selasa, 21 Mei 2024 | 20:03 WIB
Locusta of Gaul terkenal sebagai ahli racun pribadi penguasa Romawi Kuno. Namun, benarkah dia adalah wanita pembunuh berantai pertama dalam sejarah? (Evelyn De Morgan/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Ribuan tahun lalu, para kaisar dan permasiuri Romawi kerap saling membunuh satu sama lain dengan racun menjadi senjata yang paling umum digunakan.

Di antara kasus-kasus kematian yang melibatkan racun-racun itu, tersebutlah nama Locusta of Gaul (Locusta dari Galia) yang sohor sebagai ahli racun paling mematikan di abad pertama Masehi.

Namun, benarkah Locusta merupakan wanita pembunuh berantai dalam sejarah dengan banyak korban atau sebenarnya dia hanya seorang pesuruh penguasa Romawi?

Temukan jawabannya melalui artikel berikut ini.

Budak yang Menjelma Jadi Pakar Racun

Merujuk pada namanya, Locusta diketahui berasal dari Galia, sebuah wilayah yang kini lebih kita kenal sebagai Prancis. Namun, tenang bagaimana dirinya bisa sampai ke Romawi masih belum benar-benar jelas.

Namun, melansir All that’s Interesting, banyak yang menduga dirinya dibawa ke Romawi sebagai budak. Seiring dengan kebijakan Julius Caesar yang membawa lebih dari satu juta budak dari Galia untuk kebutuhan kekaisaran.

Tanpa diketahui bagaimana dirinya tumbuh, nama Locusta sampai ke telinga Permasuri Romawi Agrippina usai muncul kabar tentang "seseorang yang terampil dalam hal-hal seperti itu ... yang baru saja dihukum karena meracuni."

Sebuah kabar yang disambut antusias oleh Agrippina yang tengah mencari cara untuk membunuh Claudius, kaisar sekaligus suaminya sendiri.

Menurut Tacitus, sang permaisuri memang sedang mencari sebuah "campuran langka yang dapat mengganggu pikirannya dan menunda kematian" dengan harapan tidak ada yang menaruh curiga tentang kematian suaminya.

Locusta pun lalu menyiapkan racun, yang ditaburkan oleh para pelayan pada makanan terakhir sang kaisar. Namun, ternyata racun itu dianggap terlalu lama bekerja oleh Agrippina, hingga akhirnya dia memutuskan untuk meracuni kaisar untuk kedua kalinya.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Misteri Lenyapnya 5000 Pasukan Legiun Kesembilan Romawi

Dengan kematian Claudius, Agrippina bisa menempatkan putranya dari pernikahan sebelumnya, Nero, di atas takhta kekaisaran Romawi.

Bertebarannya Racun di Era Romawi

Hal ini menambah panjang deretan kematian keluarga Kekaisaran Romawi, sebab, selain Agripina ada Claudia Livia Julia yang meracuni suaminya dan Kaisar Nero yang membunuh saudara tirinya sendiri.

Caligula bahkan disebut-sebut memiliki satu peti khusus yang dipenuhi oleh beragam jenis racun, yang umumnya terdiri dari arsenik, belladonna, dan jamur beracun.

Saking ketatnya pembunuhan di antaranggota keluarga kekaisaran, mereka biasanya mempekerjakan pencicip makanan untuk memastikan setiap santapan yang masuk ke tubuh mereka terbebas dari racun.

Kaisar Nero bahkan sudah menyiapakan satu racun yang sangat mematikan untuk bunuh diri. Racun ini akan ditenggaknya jika dia sudah diracuni orang lain dan racun tersebut membunuhnya secara perlahan-lahan.

Peracun Pribadi Nero

Nama Locusta of Gaul sempat menghilang dari catatan sejarah usai keberhasilannya membantu Agripina melenyapkan Claudius.

Hingga akhirnya Kaisar Nero, yang kekuasaannya didapat lewat racun Locusta, merasa membutuhkan seorang ahli racun.

Sasarannya adalah Britannicus, saudara tiri Nero dari istri ketiga Claudius yang dicurigai ingin menggulingkan Nero dari takhtanya.

Apalagi, sebenarnya Britannicus memang memiliki hak yang lebih kuat atas takhta Romawi. Sebab, tidak seperti Nero, dalam tubuh Britannicus mengalir darah Claudius.

Baca Juga: Bagaimana Perubahan Iklim dan Wabah Menghancurkan Kekaisaran Romawi?

Untuk itulah Nero berpaling kepada Locusta. Tacitus menceritakan bagaimana Nero menghubungi "seorang wanita yang dihukum karena meracuni, bernama Locusta, dengan reputasi kejahatan yang luas."

Nero menginginkan racun yang bisa membunuh Britannicus seketika. Dia menjanjikan pengampunan kepada peracun itu sebagai imbalan atas ramuan mematikan tersebut.

Maka Locusta meracik campuran belladonna dengan tambahan arsenik, helleborus, dan mandrake.

Namun, entah bagaimana, racun itu tidak membunuh Britannicus dalam percobaan pertama. Nero menjadi marah dan mencambuki Locusta dengan tangannya sendiri.

Kemudian dia memerintahkan Locusta untuk menguji racun baru yang lebih kuat pada korban yang tidak bersalah.

Setelah Locusta menyempurnakan racikannya, Nero melancarkan aksinya. Dalam sebuah jamuan makan istana, para pelayan membawakan Britannicus minuman panas.

Pencicip makanan mencicipinya dan tidak menemukan racun. Britannicus meminta para pelayan untuk mendinginkan minuman itu - yang mereka lakukan dengan menambahkan air beracun.

Segera setelah menyesap, Britannicus jatuh ke tanah. Nero memerintahkan semua orang untuk tidak menyentuh tubuhnya, dengan alasan bahwa saudara tirinya sedang mengalami serangan epilepsi, dan dengan demikian, Britannicus pun meninggal.

Pembunuhan yang sukses ini mengubah nasib Locusta. Nero mengangkatnya sebagai peracun kepala resmi dan memberinya tanah dan pelayan. Nero juga mengirim banyak murid untuk belajar seni meracuni di bawah bimbingannya.

Locusta hidup selama beberapa tahun lagi, melatih generasi baru peracun untuk melayani kaisar-kaisar Romawi yang kejam.

Dia meninggal di penjara pada tahun 68 M, ketika Kaisar Galba naik takhta dan membersihkan istana dari kaki tangan Nero.

Baca Juga: Mahkota Berdarah Kaisar Romawi, Kerap Mati di Tangan Pembunuh Bayaran

Perempuan Pembunuh Berantai Pertama dalam Sejarah?

Locusta sering kali digambarkan sebagai seorang oportunis yang mengikat nasibnya pada keluarga kekaisaran untuk menghindari penjara atau bahkan hukuman mati.

Namun, ada pula yang memandangnya sebagai pembunuh berdarah dingin. Apakah Locusta seorang oportunis? Ataukah dia merupakan salah satu pembunuh berantai pertama dalam sejarah?

Locusta mungkin tidak memiliki banyak pilihan ketika seorang permaisuri dan seorang kaisar meminta jasanya. Sejarawan Seutonius menulis bahwa Locusta hanya melakukannya di bawah ancaman kekerasan dari Nero.

Namun, di sisi lain, Locusta digambarkan sebagai wanita kejam yang tidak segan-segan menguji racunnya pada orang yang tidak bersalah.

Sumber lain mengklaim Locusta membunuh tanpa pandang bulu. Dia meracuni hewan, budak, dan penjahat - bersama dengan beberapa anggota keluarga kekaisaran.

Daftar panjang korbannya membuat beberapa orang menganggapnya sebagai pembunuh berantai.

Di bawah pengawasan Nero, Locusta bahkan membantu meracuni seorang budak untuk menyempurnakan dosis racun yang mematikan.