Pada tahun 1557, sistem upeti digantikan oleh perdagangan maritim yang menyebabkan Tiongkok mengekspor sutra dan mengizinkan kehadiran Eropa di kekaisaran. Ini adalah masa perluasan masakan, karena makanan seperti ubi dan kacang tanah masuk ke Tiongkok untuk pertama kalinya.
Periode ini juga menyebabkan emigrasi besar-besaran ke luar kekaisaran bagi kelas pedagang.
Porselen Dinasti Ming
Salah satu ekspor yang paling disukai dari Dinasti Ming adalah porselennya. Dibuat dengan menggiling batu porselen, mencampurkannya dengan tanah liat porselen, lalu dipanggang hingga bening, teknik ini dikembangkan pada masa Dinasti Tang, lalu disempurnakan pada era Dinasti Ming.
Pabrik porselen kekaisaran didirikan di Jingdezhen pada tahun 1368 untuk memproduksi barang-barang untuk istana kekaisaran. Meskipun berbagai warna mungkin ditampilkan pada sebuah karya, porselen Ming klasik berwarna putih dan biru.
Pabrik Jingdezhen menjadi sumber ekspor porselen yang sangat populer di Eropa, yang diharapkan dapat meniru bentuknya.
Tembok Besar Tiongkok
Pemeliharaan Tembok Besar Tiongkok tidak konsisten sepanjang sejarah Tiongkok. Pada masa Dinasti Ming, hal itu memerlukan pekerjaan perbaikan yang signifikan.
Bangsa Mongol selalu menjadi ancaman bagi warga Dinasti Ming, dan Tembok Besar diyakini sebagai pertahanan paling efektif melawan invasi. Setelah beberapa kali bentrokan, bangsa Mongol menangkap Kaisar Zhengtong pada tahun 1449.
Pemerintahan Dinasti Ming memilih mengganti kaisar dengan saudara tirinya daripada membayar uang tebusan. Pemerintah juga memutuskan bahwa memulihkan Tembok Besar ke kejayaan dan kekuatannya adalah penggunaan uang mereka yang terbaik untuk melindungi kerajaan Dinasti Ming secara efektif.
Baca Juga: Renyin Plot, Kala Kaisar Dinasti Ming Jadi Target Pembunuhan Para Teman Tidurnya Sendiri