Menyelami Era Regency: Yang Luput dari Serial Netflix "Bridgerton"

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 25 Mei 2024 | 08:05 WIB
Golda Rosheuvel sebagai Ratu Charlotte di Bridgerton. (LIAM DANIEL/NETFLIX)

Kepemimpinan George tidak hanya mempengaruhi citra kerajaan, tetapi juga kebijakan sosial dan ekonomi.

Di satu sisi, dorongan besar terhadap seni dan budaya memberikan Inggris beberapa simbol arsitektur dan estetika yang paling ikonik. Di sisi lain, kecenderungan untuk menghindari masalah politik yang lebih mendesak menyebabkan ketidakpuasan dan kritik dari berbagai kalangan masyarakat.

Pendekatan George yang serba mewah, yang ditandai dengan perayaan dan pesta yang tidak memperhatikan biaya, menetapkan nada untuk apa yang banyak dilihat sebagai 'dekadensi yang terang-terangan' dari era tersebut.

Hal Ini, ironisnya, menjadi salah satu alasan mengapa Era Regency sering dipandang dengan kacamata romantisasi—kemewahan yang berlebihan sering kali menarik perhatian lebih dari realitas yang lebih kompleks dan sering kali lebih keras dari kehidupan sehari-hari di masa itu.

Konflik dan Peperangan

Sementara Pangeran Regency berfokus pada keindahan, Inggris terlibat dalam peperangan melawan Napoleon. Kondisi ini meningkatkan ketegangan politik dan ekonomi, menciptakan perpecahan dalam masyarakat.

Konflik ini tidak hanya menimbulkan beban fiskal, tetapi juga memperdalam ketidaksetaraan sosial. Perpecahan kelas diperburuk oleh kebijakan yang tidak memperhatikan kebutuhan rakyat jelata.

Unjuk rasa dan tuntutan akan keadilan sosial menjadi lebih umum, mencerminkan kesenjangan yang semakin lebar antara elite dan kelas pekerja.

Perubahan Sosial dan Gerakan Luddites

Dalam lanskap yang dipenuhi inovasi, kemunculan gerakan Luddites bertindak sebagai kontra poin yang dramatis terhadap kemajuan teknologi. Perekonomian Inggris, yang sudah tegang akibat perang panjang dengan Napoleon, semakin terpuruk.

Gerakan ini, lahir dari ketakutan dan frustrasi terhadap mekanisasi yang mengancam mata pencaharian tradisional, menjadi simbol perlawanan terhadap industrialisasi yang tak terelakkan.

Larry Holzwarth mencatat, "Kaum Luddites menganggap diri mereka sebagai rakyat yang setia kepada kerajaan, dan memberontak terhadap apa yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap mata pencaharian mereka."