Singkap Sejarah Waisak dan Beragam Perayaannya di Penjuru Dunia

By Sysilia Tanhati, Kamis, 23 Mei 2024 | 13:00 WIB
Waisak memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha. Hari raya ini diperingati pada hari bulan purnama di bulan lunar Waisakha. (Pwbaker/CC BY 2.0)

Nationalgeographic.co.id—Waisak memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha. Hari raya ini diperingati pada hari bulan purnama di bulan lunar Waisakha. Waisak diperingati sebagai hari libur umum di banyak negara Asia Tenggara. Hal ini juga dilakukan di negara-negara Asia Timur, yang memperingati kelahiran Buddha.

Pada tahun 1950, Persekutuan Umat Buddha Dunia menjadikan Waisak sebagai hari libur internasional yang dirayakan pada bulan purnama pertama bulan Mei. Pada tahun 1999 PBB menetapkan Waisak sebagai hari libur internasional.

Hal ini ditandai dengan bhakti khusus dan berbagai perbuatan yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat. Misalnya pemberian makanan atau dana amal kepada para biksu atau pelepasan burung yang ditangkap.

Sejarah perayaan Waisak

“Asal-usul hari raya ini tidak jelas. Pasalnya, hari raya ini tidak dibuktikan dalam sumber-sumber kanonik Buddhis awal,” tulis Charles Preston di laman Britannica. Namun komunitas Theravada menerima bahwa kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha Shakyamuni semuanya terjadi pada hari bulan purnama di bulan Waisak.

Hari raya tersebut muncul secara eksplisit dalam Mahavaṃsa, kronik sejarah Sri Lanka abad ke-5 hingga ke-6 M. Festival-festival serupa dicatat dalam catatan peziarah Buddha Tiongkok, Faxian, yang mengunjungi India pada awal abad ke-5.

Beberapa pihak berpendapat bahwa ajaran Buddha diperkenalkan ke Sri Lanka pada masa Ashoka. Ada kemungkinan bahwa perayaan ini memiliki akar kedaerahan yang lebih tua atau lebih banyak yang hilang dari sejarah.

Perayaan Waisak Theravada dalam bentuknya yang sekarang terjadi di Sri Lanka pada abad ke-19. Waisak awalnya merupakan hari raya keagamaan dan biara yang terbatas pada kuil. Namun, setelah adanya pelarangan prosesi agama Buddha pada tahun 1883, para aktivis semakin berani untuk melawan pembatasan kolonial terhadap agama Buddha.

Pada 1844 teosofis Henry Steel Olcott mengajukan petisi kepada pemerintah Sri Lanka untuk menjadikan Waisak sebagai hari libur resmi. Selanjutnya, aktivis mengubah hari raya tersebut menjadi semacam “Natal” bagi umat Budha.

Perayaan Waisak pun diiringi dengan nyanyian, kartu, hadiah, dan parade. Ada pertunjukan publik yang menceritakan kisah-kisah tentang kehidupan Buddha. Kota-kota dihiasi dengan lampu-lampu indah.

Versi Waisak yang dihidupkan kembali telah menjadi populer di negara-negara yang menganut agama Buddha Theravada. Seperti Sri Lanka, Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos, Singapura, Malaysia, dan Indonesia.

Baca Juga: Siapakah Sebenarnya Buddha? Sang Pencerah dari Ajaran Kehidupan