Observatorium Nasional Timau adalah observatorium untuk pengamatan antariksa yang mempunyai fasilitas utama berupa teleskop optik dengan diameter 3,8 meter dan teleskop radio berbentuk parabola dengan diameter 20 meter.
Ukuran teleskop yang besar dapat mempertajam penglihatan terhadap benda-benda langit yang memiliki cahaya lebih redup.
Observatorium Nasional Timau juga memiliki dua teleskop optik berukuran kecil dengan diameter 50 sentimeter, antena Dipole Array berukuran 100 meter x 100 meter, dan magnetometer.
Berlokasi di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, area Observatorium Nasional Timau sungguh sunyi. Tak ada bangunan lain kecuali fasilitas observasi tersebut.
Sebuah ruas jalan beraspal mulus sepanjang 40 kilometer dari Bokong ke Lelogama yang telah dibangun Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi penghubung satu-satunya antara Observatorium Nasional Timau dengan dunia luar.
Jika malam tiba, hanya suara serangga malam saling bersahutan yang terdengar mirip seperti musik orkestra, sungguh syahdu. Saat malam pun, miliaran bintang berserakan di langit Timau dapat dinikmati sepuas hati oleh mata telanjang.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN) Robertus Heru pernah menjelaskan bahwa selama lima tahun telah dilakukan sebuah studi untuk meneliti fraksi malam terhadap langit di beberapa daerah di Indonesia.
"Hasilnya, wilayah Timau masih minim polusi cahaya sehingga optimal untuk dijadikan kawasan pengamatan astronomi," ujarnya.
Jadi, Observatorium Nasional Timau yang ada di Nusa Tenggara Timur adalah tempat yang cocok untuk memotret Galaksi Bima Sakti dan objek antariksa lainnya.