Rongchang, Putri Paling Menderita dalam Sejarah Dinasti Ming

By Ade S, Senin, 27 Mei 2024 | 12:03 WIB
Kaisar Wanli, ayah dari Putri Rongchang. Kisah tragis Rongchang, putri yang mengalami derita luar biasa di era Dinasti Ming, penuh dengan kehilangan dan pengorbanan. (Unknown author)

Nationalgeographic.co.id—Putri Rongchang, yang sangat dicintai oleh Kaisar Shenzong dari Dinasti Ming, sering dianggap sebagai salah satu putri yang paling mengalami kesulitan dalam sejarah Dinasti Ming.

Hidupnya, yang semula dipenuhi dengan kasih sayang dan kemegahan, berakhir dengan penuh tragedi dan kesengsaraan, mencerminkan turbulensi politik dan sosial yang mengguncang Dinasti Ming pada puncak kejayaannya.

Dalam artikel ini, Anda akan dibawa untuk menelusuri perjalanan hidup Putri Rongchang, mulai dari hari-hari awalnya yang dipenuhi dengan kasih sayang hingga akhir hayatnya yang menyedihkan selama periode krisis Dinasti Ming.

Anda akan menyaksikan bagaimana Putri Rongchang, yang tumbuh dalam kemewahan dan kekuasaan, tetap tidak terhindar dari penderitaan dan kesedihan yang akhirnya menimpa keluarga dan kerajaannya.

Putri Tunggal yang Sangat Dicintai

Putri Rongchang lahir pada bulan Juni tahun 1582 Masehi, sebagai putri tertua dari Kaisar Shenzong dari Dinasti Ming, yang juga dikenal sebagai Kaisar Wanli.

Dalam Celestial Women: Imperial Wives and Concubines in China from Song to Qing (2016) yang ditulis oleh Dr. Keith McMahon, profesor bahasa dan sastra Tiongkok, Putri Rongchang merupakan anak tunggal dari Permaisuri Wang Xijie.

Dengan nama lahir Zhu Xuanying, ia diangkat menjadi Putri Rongchang oleh Kaisar Shenzong pada tahun 1596 Masehi. Meskipun aturan Dinasti Ming menetapkan bahwa putri harus menikahi seorang rakyat biasa, Kaisar Shenzong memilih untuk melanggar aturan tersebut demi putri kesayangannya.

Ia menikahkan Putri Rongchang dengan Yang Chunyuan, putra dari wakil komandan Tentara Nancheng. Dalam artikel berjudul Princess Rongchang of the Ming Dynasty: Beloved by all, after experiencing prosperity, she finally starved to death in the hut yang tayang di daydaynews pada 2022, disebutkan bahwa  Kaisar Shenzong mempromosikan menantunya menjadi Letnan Tentara Nancheng.

Kasih sayang mendalam terjalin antara Putri Rongchang dan Yang Chunyuan. Yang Chunyuan mengagumi kebaikan hati Putri Rongchang dan sikap hormatnya yang tinggi terhadap orang tuanya, menjadikannya istri yang ideal.

Sebagai istri yang setia, Putri Rongchang menunjukkan ketaatan kepada keluarga Yang. Pada tahun 1600 Masehi, ia memberikan seorang putra kepada Yang Chunyuan yang bernama Guangkui.

Baca Juga: Kisah Tragis Perdana Menteri Pertama Dinasti Ming, Dihabisi Bersama 70 Anggota Keluarganya

Kemudian, dalam artikel berjudul What happened to the two Ming dynasty princesses, Princess Rongchang and Princess Changping? Who is more miserable? yang tayang di laitimes, disebutkan bahwa Putri Rongchang melahirkan dua putra lagi.

Pertengkaran Kecil yang Berdampak Besar

Pada tahun 1604 Masehi, sebuah pertengkaran kecil terjadi antara Putri Rongchang dan Yang Chunyuan. Kaisar Shenzong merasa kecewa dengan pertengkaran tersebut dan menegur Yang Chunyuan.

Tindakan Yang Chunyuan yang meninggalkan Beijing dan kembali ke kampung halamannya setelah ditegur menyebabkan Kaisar Shenzong marah besar. Akibatnya, ayah Yang Chunyuan diturunkan pangkatnya dan Yang Chunyuan sendiri ditangkap.

Setelah kembali ke Beijing dan menyatakan penyesalannya, Yang Chunyuan dikirim ke Kolese Imperial untuk merenung selama seratus hari.

Insiden ini menjadi titik balik dalam pernikahan mereka, dan mereka tidak pernah bertengkar lagi, melanjutkan kehidupan pernikahan yang bahagia dan melahirkan dua putra lagi.

Ketika ibu mertua Putri Rongchang meninggal pada tahun 1606 Masehi, Yang Chunyuan yang berbakti kepada orang tuanya merasa sangat berduka dan menolak makan atau minum, hingga akhirnya meninggal tujuh hari kemudian.

Putri Rongchang yang menjadi janda harus membesarkan lima anaknya sendirian. Meskipun demikian, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai putri hingga tahun 1620 Masehi, ketika kedua orang tuanya meninggal dunia.

Akhir Tragis Sang Putri

Pada tanggal 24 April 1644 Masehi, Li Zicheng menyerang Beijing, dan Kaisar Chongzhen bunuh diri. Harta benda Putri Rongchang di Beijing disita, dan empat putranya tewas dalam serangan tersebut. Untuk menyelamatkan anaknya yang tersisa, Putri Rongchang pindah ke kampung halaman suaminya.

Namun, kemiskinan yang dialaminya sangat parah hingga ia hampir tidak bisa bertahan hidup. Pada tahun 1647 Masehi, Putri Rongchang meninggal karena kelaparan di sebuah gubuk yang hampir roboh. Ia berusia enam puluh lima tahun.

Putri Rongchang adalah putri kesayangan Kaisar Shenzong dari Dinasti Ming. Kaisar Shenzong memanjakan putrinya dan melanggar aturan demi menikahkannya dengan pria yang kaya dan berstatus.

Meskipun ada beberapa keretakan dalam pernikahannya, secara keseluruhan pernikahannya berjalan bahagia. Sungguh menyedihkan bahwa suaminya meninggal muda dan memaksanya membesarkan lima anaknya sendirian.

Meski demikian, tragedi yang lebih besar sebenarnya baru menimpanya di tangan Dinasti Qing. Putri yang paling dihormati dari Dinasti Ming meninggal dengan cara yang menyedihkan dan tragis. Tidak heran ia dianggap sebagai salah satu putri yang paling menderita di Dinasti Ming.

Melalui kisah Rongchang, putri yang kehidupannya terjalin erat dengan sejarah Dinasti Ming, kita diajak untuk merenungkan betapa cepatnya kejayaan dapat berubah menjadi tragedi.

Kisah Putri Rongchang adalah pengingat akan ketidakpastian nasib yang bisa menimpa siapa saja, bahkan mereka yang pernah berada di puncak kekuasaan.