Nationalgeographic.co.id—"Indonesia harus bisa menjadi episentrum trail run."
Demikian harapan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang disiarkan langsung di YouTube Kemenparekraf, Senin (27/5/2024).
Harapan tersebut disampaikan oleh Sandiaga Uno saat membahas Dieng Caldera Race 2024 bersama Agustin Paranginangin (Direktur Utama, Badan Pelaksana Otorita Borobudur), Yulius Tjenderawan (Event Director Dieng Caldera Race), Fandhi Achmad (atlet lari Trail Indonesia/founder Detrac), dan Agung Wibawanto (National Geographic Indonesia).
Bukan tanpa alasan Sandiaga menyampaikan harapan besarnya tersebut, Indonesia memang memiliki potensi besar untuk mencapainya karena memiliki bentang alam yang tak hanya indah tapi juga menantang. "Gunung-gunungnya banyak banget," tutur Sandiaga.
Fandhi Achmad yang pernah mengikuti ajang trail run di Thailand, yang sudah termasuk ke dalam seri dunia trail run, mengakui bahwa secara bentang alam Indonesia masih jauh lebih unggul.
Untuk itulah, pria yang akrab disapa Agi ini berharap Dieng Caldera Race bisa menjadi pintu pembuka untuk mewujudkan impian tersebut. Termasuk di antaranya dengan mengundang perwakilan dari UTMB (Ultra Trail du Mont Blanc).
Di sisi lain, Agi juga berharap lomba yang akan digelar pada 8-9 Juni 2024 tersebut dapat menjadi tempat para penggemar trail run yang punya impian untuk mengikuti UTMB untuk mempersiapkan diri, khususnya dalam hal beradaptasi dengan cuaca. "Lewat Dieng yang terkenal dengan dinginnya, itu akan sangat membantu sekali," papar Agi.
Mendorong Sport Tourism yang Berkelanjutan
Yulius tak kalah bersemangat. Dengan Thailand yang sudah memiliki dua ajang trail run by UTMB dan Malaysia yang sudah mempersiapkan diri, maka sudah saatnya Indonesia mengejar ketertinggalan tersebut. "Indonesia akan mengejar. Salah satunya lewat Dieng Caldera Race," ucap Yulius penuh keyakinan.
Apalagi, sebagai sport tourism, Dieng Caldera Race juga diyakini mampu membantu perekonomian Indonesia. Sebab, dengan jumlah peserta yang sudah mendekati 1000 orang, belum ditambah dengan keluarga atau kerabat dari para peserta ikut mendampingi, maka perekonomian Dieng dan sekitarnya dipastikan akan terdorong.
Tidak tanggung-tanggung, Yulius berani memperkirakan jumlah uang yang berputar melalui Dieng Caldera Race bisa mencapai 27 miliar rupiah.
Belum lagi dampak terhadap komunitas setempat yang tidak hanya melibatkan komunitas pelari, tapi juga komunitas lokal yang turut diajak membantu penyelenggaraan Dieng Caldera Race.
Hal ini, menurut Agustin, turut sejalan dengan harapan Badan Pelaksana Otorita Borobudur, yaitu menyebar konsentrasi wisata tidak hanya di Borobudur, tapi juga di wilayah-wilayah sekitarnya. "Apalagi teman-teman UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) juga akan hadir meramaikan kegiatan ini," tutur Agustin.
Sementara bagi National Geographic Indonesia, menjadi strategic media partner Dieng Caldera Race bak menyelaraskan misi untuk menjelajahi dan melestarikan alam sekaligus mendukung gaya hidup sehat dan memperkuat ekonomi lokal.
Lewat Dieng Caldera Race, bagi National Geographic Indonesia, kita telah mendorong masyarakat untuk menjelajahi keindahan alam dataran tinggi Dieng sekaligus menjaganya lewat pariwisata yang bertanggung jawab. "Dukungan NGI terhadap Dieng Caldera Race merupakan salah satu contoh komitmen NGI terhadap pariwisata berkelanjutan," ungkap Agung.
Agung menilai sport tourism harus menjadi pilar atau sudut pandang baru tata kelola pariwisata berkelanjutan Indonesia. "Keunikan lanskap tropis kita mempunyai keunikan tiada tara di planet ini, melalui trail run, potensi alam, tradisi, dan budaya negeri ini akan menjadi sudut pandang baru pariwisata berkelanjutan," papar Agung.
Baca Juga: Waspada 'Jebakan yang Indah' Kala Mengikuti Ajang Lari Lintas Alam