Nationalgeographic.co.id—Trail running seperti pada ajang Dieng Caldera Race 2024 tentu saja memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan road running. Namun, tantangan terbesarnya justru ada pada keindahan alamnya. Kok bisa?
—
Waktu belum menunjukkan pukul 7 pagi ketika para pelari yang berasal dari komunitas Skolari, KG Pelarian, Social Run dan Klub Lari Backpacker Jakarta berkumpul di Plaza Utara Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (4/5/2024).
Mereka sedang bersiap mengikuti "Saturday Fun Training, Road to Dieng Caldera Race" yang diselenggarakan oleh National Geographic Indonesia dan SayaPilihBumi berkolaborasi dengan PAT Adventure dan DETRAC.
Tepat pukul 7 pagi, para peserta sudah mulai melakukan pemanasan dengan dipandu oleh Coach Fandhi Achmad (yang akrab disapa Agi), untuk kemudian berlari mengitari GBK sebanyak dua kali.
Jarak lari tersebut tentu saja membuat wajah para peserta, yang umumnya sudah terbiasa berlari dengan jarak tempuh yang lebih jauh, masih terlihat segar setelah melakukannya.
Tidak demikian setelah Agi memimpin para peserta melakukan ladder drill. Berbagai jenis gerakan dengan tujuan utama membentuk running form dan meningkatkan agility itu membuat wajah para peserta mulai memucat secara gradual.
"Untung" saja ketika waktu menunjukkan pukul 08:30, Agi yang sudah berulang kali menjuarai lomba ultra trail run hingga mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia itu, menyudahi sesi latihan untuk segera memulai sharing sessions.
Trail Run, Lari Biasa dengan Lintasan Berbeda
“Trail running itu pada dasarnya seperti lari biasa tapi dengan lintasan yang berbeda,” tutur Agi yang pernah meraih posisi ketiga dalam Elbrus Race pada 2018 silam.
KOMENTAR