Dijuluki 'Iblis', Permaisuri Sun dari Dinasti Ming Malah Dibela Sejarawan?

By Ade S, Minggu, 2 Juni 2024 | 16:03 WIB
Tang Wei sebagai Permaisuri Sun dalam serial TV Ming Dynasty (2019). Sejarawan membela Permaisuri Sun, mengungkap kebenaran di balik reputasi ‘Iblis’ yang melekat pada sosoknya di Dinasti Ming. (Tangkap layar 'Ming Dynasty')

Selir dan putri-putri kekaisaran Kaisar Xuanzong akan mengunjunginya secara teratur. Ia melaporkan secara harian kepada ibu mertuanya, Permaisuri Zhang tentang urusan keluarga.

Ia juga melakukan upacara di altar leluhur. Pada kesempatan khusus, permaisuri akan makan bersama kaisar di kediamannya.

Suami Meninggal, Anak Dipenjara

Setelah tujuh tahun memerintah sebagai Permaisuri, Permaisuri Sun menyaksikan kematian Kaisar Xuanzong. Putranya, Yingzong, yang masih berusia delapan tahun, naik tahta, dan Permaisuri Sun menjadi Permaisuri Janda.

Selama Pertempuran Benteng Tumu pada tahun 1449, Kaisar Yingzong ditawan di utara. Permaisuri Sun memerintahkan adik Yingzong, Zhu Qiyu, untuk mengurus urusan negara. Ia segera diangkat menjadi Kaisar Daizong.

Permaisuri Janda Sun juga diberi dua karakter kehormatan, “Shangsheng” (yang berarti bangkit), untuk gelarnya. Selama penahanan Kaisar Yingzong, Permaisuri Janda Sun berulang kali mengiriminya pakaian hangat.

Setelah pembebasan Kaisar Yingzong dari penjara, ia kembali ke pusat kekuasaan. Namun, kedatangannya disambut dengan tahanan rumah yang diperintahkan oleh Kaisar Daizong. Selama masa penahanan ini, Permaisuri Janda Sun tidak pernah berhenti mengunjungi putranya, menunjukkan dukungan yang tak tergoyahkan.

Pada tahun 1459, sebuah kudeta yang dikenal sebagai "Merebut Pintu" meminta restu Permaisuri Janda Sun untuk mengembalikan Yingzong ke tahta. Dengan suksesnya kudeta tersebut, Yingzong sekali lagi memegang kendali sebagai kaisar, dan pengaruh Permaisuri Janda Sun pun semakin meningkat.

Paradoks dalam Wujud Citra Negatif

Namun, pada tanggal 26 September 1462, Permaisuri Janda Sun meninggal dunia. Untuk menghormati jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar anumerta "Xiaogong" dan dimakamkan dengan hormat di Makam Jingling.

Permaisuri Sun, yang dihormati oleh kedua Kaisar Yingzong dan Daizong sebagai Permaisuri Janda, menikmati penghormatan yang meningkat selama masa pemerintahannya. Kedua kaisar tersebut bahkan memperluas gelar kehormatannya, menandakan pengakuan atas dedikasi dan peran pentingnya sebagai permaisuri dan ibu.

Namun, reputasi negatif yang melekat padanya selama berabad-abad menimbulkan pertanyaan. Mengingat penghormatan yang ia terima selama hidup, tampaknya paradoks bahwa ia dianggap dalam cahaya yang tidak menguntungkan.

Mungkin, reputasi ini berasal dari ketakutan terhadap wanita berkuasa di zaman Tiongkok kuno, di mana kekuatan dan pengaruh seorang wanita sering kali dilihat sebagai ancaman terhadap status quo.

Kisah Permaisuri Sun mengajarkan kita bahwa sejarah sering kali ditulis oleh pemenang, dan mungkin tidak selalu mencerminkan kebenaran. Dalam labirin narasi Dinasti Ming, keadilan bagi tokoh-tokoh seperti Permaisuri Sun terkadang baru ditemukan setelah berabad-abad berlalu.