Chang'an, Ibu Kota Terpenting dan Terbesar di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Senin, 3 Juni 2024 | 18:53 WIB
Sebelum Beijing, Chang'an pernah menjadi ibu kota Kekaisaran Tiongkok. nama salah satu ibu kota kuno terpenting dan terbesar di Kekaisaran Tiongkok. (Alex Kwok/CC BY-SA 3.0)

Di Duling juga terdapat kuil mausoleum bersama dengan altar, terletak 500 meter dari makam. Makam satelit yang ditemukan di sebelah timur mausoleum dibangun pada masa dinasti penguasa. Beberapa di antaranya berukuran cukup besar, banyak di antaranya dengan gundukan tanah berbentuk kerucut.

Chang’an di era Dinasti Sui dan Tang

Chang’an disebut Daxing pada masa Dinasti Sui (581-618 M) dan didirikan pada tahun 582 M. Kota ini berganti nama menjadi Chang’an di era Dinasti Tang dan menjadi ibu kotanya hingga kehancurannya pada tahun 904 M.

Daxing dirancang oleh arsitek terkenal Kaisar Sui Wen (memerintah 581-604), Yuwen Kai (555-612 M). Yuwen menata kota dengan simetri yang sangat formal yang memadukan pemandangan alam dan danau. Desainnya menjadi model bagi banyak kota Sui lainnya dan kota-kota selanjutnya. Tata letaknya dipertahankan selama Dinasti Tang: sebagian besar istana Sui juga digunakan oleh kaisar Dinasti Tang.

Sebuah tembok tanah yang sangat besar, setebal 12 meter di bagian dasarnya, menutupi area seluas sekitar 84 km persegi. Ada 12 gerbang, masing-masing gerbang memiliki fasad batu bata yang dibakar mengarah ke kota. Sebagian besar gerbang memiliki tiga pintu gerbang. Namun Gerbang Mingde utama memiliki lima pintu, masing-masing lebarnya 5 meter.

Kota ini disusun sebagai serangkaian distrik bertingkat: guocheng (tembok luar kota yang menggambarkan batas-batasnya), huangcheng atau distrik kekaisaran (luas 5,2 km persegi), dan gongcheng, distrik istana, berisi area seluas 4,2 km persegi. Setiap distrik dikelilingi oleh temboknya sendiri.

Gongcheng menambahkan Istana Taiji (atau Istana Daxing pada masa Dinasti Sui) sebagai bangunan pusatnya; sebuah taman kekaisaran dibangun di utara. Sebelas jalan besar atau jalan raya membentang dari utara ke selatan dan 14 dari timur ke barat. Jalan-jalan ini membagi kota menjadi beberapa distrik yang berisi tempat tinggal, kantor, pasar, dan kuil Buddha dan Tao. Dua bangunan yang masih ada dari Chang’an kuno adalah dua kuil tersebut: Pagoda Angsa Liar Besar dan Kecil.

Kuil Surga di selatan kota dan digali pada tahun 1999. Kuil ini merupakan platform tanah berbentuk lingkaran yang terdiri dari empat altar melingkar yang konsentris. Altar melingkar itu ditumpuk satu sama lain hingga ketinggian antara 6,75-8 meter dan diameter 53 m. Gayanya mirip dengan model Kuil Surga Kekaisaran Ming dan Qing di Beijing.

Pada tahun 1970, Penimbunan Hejiacun ditemukan di Chang’an. Pada timbunan itu, terdapat 1.000 benda perak dan emas, serta batu giok dan batu berharga lainnya yang disebut. Timbunan bertanggal 785 M itu ditemukan di sebuah kediaman elite.

Sebuah situs tempat pembakaran tembikar ditemukan di Chang’an bernama Liquanfang dan digunakan pada awal abad ke-8 Masehi. Liquanfang adalah salah satu dari hanya lima tempat pembakaran dari Dinasti Tang yang diketahui. Empat lainnya adalah Tempat Pembakaran Huangye di Provinsi Henan; Xing Kiln di Provinsi Hebei, Huuangbao Kiln dan Xi'an Kiln di Shaanxi.

Pada tahun 1421 di era pemerintahan Dinasti Ming, ibu kota Kekaisaran Tiongkok pun dipindah ke Beijing. Beijing tetap menjadi ibu kota hingga kini.