Selain Anne Boleyn, Siapa Kelima Istri Raja Henry VIII Lainnya?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 4 Juni 2024 | 14:00 WIB
Alih-alih prestasi di bidang politik, Raja Henry VIII dikenang karena kehidupan asmaranya. Selain Anne Boleyn, siapa kelima istri Henry VIII? (Lahistoriaenlamano/CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id—Raja Henry VIII memerintah Inggris selama 36 tahun (1509-1547). Di masa kepemimpinannya, era renaisans Inggris dimulai dan terjadi reformasi agama.

Alih-alih prestasi di bidang politik, Henry VIII dikenang karena kehidupan asmaranya. Ia mereformasi agama di Inggris agar bisa melangsungkan pernikahan keduanya dengan Anne Boleyn.

Henry VIII terkenal karena enam istrinya dan beberapa gundik. Keinginan untuk mencapai unifikasi politik dan memiliki pewaris laki-laki mendorongnya untuk membatalkan dua pernikahan. Karena alasan tersebut, ia juga memenggal dua istri.

Kehidupan cintanya kacau. Kekacauan itu menyebabkan suksesi yang tidak stabil, implikasi kebijakan luar negeri dan bahkan menyebabkan perpecahan dengan Gereja Katolik Roma.

Selain Anne Boleyn yang terkenal, siapa lima orang istri Raja Henry VIII lainnya?

Catherine dari Aragon (1485-1536), disingkirkan karena tidak melahirkan ahli waris laki-laki

Henry naik takhta pada tahun 1509, pada usia 17 tahun. Enam minggu kemudian, ia menikahi Catherine dari Aragon, putri Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol. Catherine adalah janda dari kakak laki-laki Henry VIII, Arthur.

Sejak Henry muda melangsungkan pernikahannya, dia terobsesi untuk melanjutkan garis keturunan Tudor. Dari beberapa kehamilan dan beberapa kelahiran, satu-satunya anak yang selamat adalah Mary, yang lahir pada bulan Februari 1516.

Dalam sejarah dunia, Catherine dari Aragon adalah istri pertama Raja Henry VIII. Meski dikhianati oleh sang raja, ia dicintai oleh rakyat Inggris. (Laslett John Pott)

Catherine tetap berada di sisi Henry selama 23 tahun dan bahkan dianggap sebagai satu-satunya wanita yang benar-benar dicintai raja.

“Henry memandangnya sebagai istri teladan dalam segala hal kecuali kegagalannya memberinya seorang putra,” kata sejarawan Tudor, Tracy Borman. Frustrasi karena tidak memiliki ahli waris laki-laki, Henry pun mulai berselingkuh.

Baca Juga: Termasuk Anne Boleyn, Ini 10 Skandal Perselingkuhan Paling Mengguncang Sejarah

Dia melakukan perselingkuhan singkat dengan Elizabeth “Bessie” Blount, salah satu dayang Catherine. Pada tahun 1519, Bessie dibawa secara rahasia ke pedesaan Essex. Di sana dia melahirkan Henry Fitzroy, satu-satunya anak haram Henry yang diakui.

Pada tahun 1520-an, Henry mulai menyukai Anne Boleyn, dayang ratu lainnya. Ia akhirnya meminta persetujuan Paus untuk pembatalan pernikahannya.

“Henry VIII berpendapat bahwa pernikahannya dengan Catherine tidak sah. Pasalnya, Catherine pernah menikah dengan dengan saudara laki-lakinya, Arthur,” jelas Borman. Ketika Paus menolak permintaan Henry, raja menceraikan Catherine di luar kehendak Gereja Katolik Roma. Ia kemudian membentuk Gereja Inggris—yang mengantarkan pada reformasi agama di Inggris.

Catherine meninggal di Kastil Kimbolton, sebagai seorang putri bukan ratu, pada tanggal 7 Januari 1536.

Jane Seymour (1508-1537), istri ketiga yang meninggal setelah melahirkan ahli waris laki-laki

Beberapa hari setelah eksekusi Anne, Henry menikahi istri ketiganya, Jane Seymour. Jane pernah menjadi dayang Catherine dari Aragon dan Anne Boleyn. Ibu Anne Boleyn dan Jane Seymour adalah sepupu pertama dan dibesarkan bersama selama beberapa waktu.

“Anne Boleyn tidak tinggal diam ketika ketertarikan Henry pada Jane semakin jelas. Kami mengetahui dari sumber bahwa pasangan ini bertengkar lebih dari satu kali di istana,” kata Norton.

Pada 12 Oktober 1537, Jane melahirkan Edward VI dan meninggal karena komplikasi kelahiran beberapa minggu kemudian. Atas keinginan raja, Jane dimakamkan di Kapel St. George di sampingnya.

Anne of Cleves (1515-1557), pernikahan yang berusia 6 bulan

Henry tetap membujang selama 2 tahun setelah istri ketiganya meninggal dunia. Menteri utamanya menyarankan agar dia mencari aliansi Eropa. Untuk itu, sang raja disarankan untuk menikahi salah satu saudara perempuan (Anne dan Amelia) dari Duke of Cleves Jerman.

Henry meminta lukisan kedua wanita tersebut dan menganggap Anne lebih menarik di antara keduanya. Ketika Anne tiba di Inggris pada tanggal 1 Januari 1540, Henry terkejut karena dia tidak mirip dengan lukisan itu. Sang raja mencoba untuk menghentikan pernikahan tersebut. Namun karena semua telah diatur, mereka menikah pada tanggal 6 Januari 1540.

Baca Juga: Apakah Anne Boleyn Benar-Benar Seorang Pezina dan Pengkhianat?

Anne, yang disebut sebagai “istri jelek”, diceraikan 6 bulan kemudian. Ia beruntung bisa hidup damai sebagai “adik raja” sampai kematiannya pada bulan Juli 1557.

Catherine Howard (1523-1542), istri yang dihargai tapi kemudian dieksekusi

Henry menikah dengan Catherine Howard—seorang dayang Anne of Cleves—pada bulan Juli 1540 (dia berusia antara 17 dan 19 tahun saat itu). Sang raja mengalami kelebihan berat badan dan tidak bisa berjalan saat itu.

Dikatakan senang dengan pengantin barunya yang cerewet, Henry VIII menghujani Catherine dengan hadiah dan memanggilnya “mawar tanpa duri.” Namun kurang dari setahun setelah pernikahan mereka, rumor perselingkuhan muncul.

Raja membuktikan bahwa istri keempatnya melakukan hubungan seks bebas. Catherine dieksekusi karena perzinahan dan pengkhianatan di Tower Green pada 13 Februari 1542.

Catherine Parr (1512-1548), pembawa perdamaian yang hidup lebih lama dari Henry VIII

Henry VIII menikahi istri keenamnya, Catherine Parr, pada bulan Juli 1543. Tak hanya terkenal sebagai eorang janda yang bersemangat dan berpendidikan, Catherine juga menunjukkan minat pada agama Kristen. Karena alasa itu, Henry pun menikahinya.

Catherine Parr berhasil menghindari nasib para pendahulunya, membawa stabilitas dan perdamaian ke dalam istana. Ia juga menjadi ibu tiri yang baik dan penuh perhatian bagi anak-anak Henry VIII.

Dari semua istri Henry, Borman mengatakan Catherine Parr memiliki pengaruh paling besar di berbagai bidang. Termasuk budaya istana, agama, peran perempuan dan pendidikan anak-anak Henry.

“Dia juga membujuk Henry untuk mengembalikan putrinya Mary dan Elizabeth ke urutan suksesi dan bertindak sebagai Bupati ketika Henry berperang dengan Prancis,” jelas Borman.

Catherine meninggal pada tahun 1548, setahun setelah kematian Henry VIII.